Di Paksa Menikah
Chapter 100 BAB 99
Sudah setengah jam Intan menunggu Ricko di meja makan, tapi Ricko belum muncul juga. Intan pun menyusulnya kembali ke lantai atas. Saat ia masuk ke dalam kamar, ia melihat Ricko baru keluar dari dalam kamar mandi.r
r
“Lama banget Mas?” Tanya Intan pada Ricko.r
r
“Aku sakit perut.” Jawab Ricko sambil memegangi perutnya. Intan pun mendekati Ricko.r
r
“Mas Ricko habis makan apa?” Tanya Intan lagi.r
r
“Sama seperti yang kamu makan.” Jawab Ricko lagi sambil membuka handuknya untuk berganti pakaian.r
r
“Mas Ricko masih mau kerja? Mas Ricko kan sedang sakit.” Ujar Intan sambil membantu Ricko memakai kemejanya.r
r
“Iya. Aku ada meeting penting hari ini. Setelah sarapan aku akan minum obat.” Balas Ricko sambil mengancingkan lengannya.r
r
“Kalau begitu aku ikut ke perusahaan saja Mas. Aku khawatir sama Mas Ricko.” Ujar Intan tiba – tiba sambil memasang dasi di leher Ricko.r
r
“Okey. Ayo turun!” Ajak Ricko setelah Intan membantu memakai jasnya.r
r
Setelah sarapan Ricko dan Intan berangkat ke perusahaan bersama – sama. Saat memasuki pintu utama lobby perusahaan, seperti biasa mata para karyawan tertuju pada Ricko dan Intan. Intan berjalan memeluk lengan Ricko dan berusaha tidak memperdulikan para karyawan yang menatapnya.r
r
“Kamu tunggu di sini ya? Aku meeting di ruangan sebelah.” Ujar Ricko setelah memasuki ruangan kantornya.r
r
“Iya Mas.” Jawab Intan setelah duduk di sofa seperti biasanya.r
r
“Kalau butuh sesuatu pakai telpon interkom saja. Tekan nomor 002 itu akan terhubung ke Lia sekretarisku.” Ujar Ricko sebelum keluar dan menutup pintu.r
r
“Iya Mas.” Jawab Intan lagi.r
r
Saat Ricko membuka pintu ruang meeting, semua orang sudah menunggunya. Mereka maklum dengan terlambatnya kedatangan Ricko karena kini Ricko sudah menikah, pasti terjadi sesuatu pada malam harinya sehingga Ricko akan bangun kesiangan. Ricko segera duduk di kursinya untuk memulai meetingnya.r
r
“Maaf saya sedikit terlambat.” Ujar Ricko meminta maaf pada semua orang yang hadir.r
r
Satu jam berlalu, Intan mulai merasa bosan. Ia berdiri lalu berjalan ke dekat jendela untuk melihat suasana jalanan kota. Ia merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Ia tidak menyangka bisa melihat segalanya dari ruangan itu. Ia juga bisa melihat kampus di sebelah perusahaan Ricko dari ruangan itu.r
r
“Waaah kampus itu sangat besar sekali. Tapi… sayang sekali aku hanya bisa kuliah lewat online dan privat. Gara – gara aku hamil duluan. Andai aku bisa kuliah di sana pasti aku akan punya lebih banyak teman.” Gumam Intan sambil membelai perutnya.r
r
Intan duduk di kursi Ricko dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia membayangkan betapa seru dan senangnya seandainya ia bisa kuliah di kampus dengan bebas. Kini semua itu hanya angan – angan belaka setelah ia menikah dan hamil anaknya Ricko.r
r
“Huft… ya sudahlah. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Mau gimana lagi?” Ujar Intan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.r
r
Dua jam kemudian Ricko masuk ke dalam ruangannya dan melihat Intan sedang duduk di kursinya sambil termenung. Ia pun berjalan mendekati Intan lalu memutar kursi Intan menghadap ke arahnya. Intan pun terkejut.r
r
“Kenapa kamu melamun?” Tanya Ricko sambil berjongkok setelah menaruh laptopnya di meja.r
r
“Tidak Mas. Aku tidak melamun.” Jawab Intan sambil tersenyum.r
r
“Apa kamu sudah lapar? Ayo kita makan.” Ajak Ricko karena ini sudah hampir waktunya makan siang.r
r
“Iya Mas.” Jawab Intan pasrah.r
r
Ricko pun mengajak Intan makan di luar tepatnya di sebuah café yang dekat dengan perusahaan. Ia sering makan di situ bersama Rossa saat mereka masih pacaran dulu. Selain dekat dengan perusahaan, makanan di sana juga enak dan pas di lidah Ricko.
r
“Lama banget Mas?” Tanya Intan pada Ricko.r
r
“Aku sakit perut.” Jawab Ricko sambil memegangi perutnya. Intan pun mendekati Ricko.r
r
“Mas Ricko habis makan apa?” Tanya Intan lagi.r
r
“Sama seperti yang kamu makan.” Jawab Ricko lagi sambil membuka handuknya untuk berganti pakaian.r
r
“Mas Ricko masih mau kerja? Mas Ricko kan sedang sakit.” Ujar Intan sambil membantu Ricko memakai kemejanya.r
r
“Iya. Aku ada meeting penting hari ini. Setelah sarapan aku akan minum obat.” Balas Ricko sambil mengancingkan lengannya.r
r
“Kalau begitu aku ikut ke perusahaan saja Mas. Aku khawatir sama Mas Ricko.” Ujar Intan tiba – tiba sambil memasang dasi di leher Ricko.r
r
“Okey. Ayo turun!” Ajak Ricko setelah Intan membantu memakai jasnya.r
r
Setelah sarapan Ricko dan Intan berangkat ke perusahaan bersama – sama. Saat memasuki pintu utama lobby perusahaan, seperti biasa mata para karyawan tertuju pada Ricko dan Intan. Intan berjalan memeluk lengan Ricko dan berusaha tidak memperdulikan para karyawan yang menatapnya.r
r
“Kamu tunggu di sini ya? Aku meeting di ruangan sebelah.” Ujar Ricko setelah memasuki ruangan kantornya.r
r
“Iya Mas.” Jawab Intan setelah duduk di sofa seperti biasanya.r
r
“Kalau butuh sesuatu pakai telpon interkom saja. Tekan nomor 002 itu akan terhubung ke Lia sekretarisku.” Ujar Ricko sebelum keluar dan menutup pintu.r
r
“Iya Mas.” Jawab Intan lagi.r
r
Saat Ricko membuka pintu ruang meeting, semua orang sudah menunggunya. Mereka maklum dengan terlambatnya kedatangan Ricko karena kini Ricko sudah menikah, pasti terjadi sesuatu pada malam harinya sehingga Ricko akan bangun kesiangan. Ricko segera duduk di kursinya untuk memulai meetingnya.r
r
“Maaf saya sedikit terlambat.” Ujar Ricko meminta maaf pada semua orang yang hadir.r
r
Satu jam berlalu, Intan mulai merasa bosan. Ia berdiri lalu berjalan ke dekat jendela untuk melihat suasana jalanan kota. Ia merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Ia tidak menyangka bisa melihat segalanya dari ruangan itu. Ia juga bisa melihat kampus di sebelah perusahaan Ricko dari ruangan itu.r
r
“Waaah kampus itu sangat besar sekali. Tapi… sayang sekali aku hanya bisa kuliah lewat online dan privat. Gara – gara aku hamil duluan. Andai aku bisa kuliah di sana pasti aku akan punya lebih banyak teman.” Gumam Intan sambil membelai perutnya.r
r
Intan duduk di kursi Ricko dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia membayangkan betapa seru dan senangnya seandainya ia bisa kuliah di kampus dengan bebas. Kini semua itu hanya angan – angan belaka setelah ia menikah dan hamil anaknya Ricko.r
r
“Huft… ya sudahlah. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Mau gimana lagi?” Ujar Intan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.r
r
Dua jam kemudian Ricko masuk ke dalam ruangannya dan melihat Intan sedang duduk di kursinya sambil termenung. Ia pun berjalan mendekati Intan lalu memutar kursi Intan menghadap ke arahnya. Intan pun terkejut.r
r
“Kenapa kamu melamun?” Tanya Ricko sambil berjongkok setelah menaruh laptopnya di meja.r
r
“Tidak Mas. Aku tidak melamun.” Jawab Intan sambil tersenyum.r
r
“Apa kamu sudah lapar? Ayo kita makan.” Ajak Ricko karena ini sudah hampir waktunya makan siang.r
r
“Iya Mas.” Jawab Intan pasrah.r
r
Ricko pun mengajak Intan makan di luar tepatnya di sebuah café yang dekat dengan perusahaan. Ia sering makan di situ bersama Rossa saat mereka masih pacaran dulu. Selain dekat dengan perusahaan, makanan di sana juga enak dan pas di lidah Ricko.
You'll Also Like
-
Weird Star Witch
Chapter 826 2 hours ago -
Villains of All Worlds: Starting with the Beautiful Vampire Bride
Chapter 135 4 hours ago -
Infinite entries? I become the Zerg Scourge!
Chapter 81 4 hours ago -
End of the World: The materials consumed by women are returned ten thousand times
Chapter 160 4 hours ago -
I'm in Marvel
Chapter 139 4 hours ago -
Family Rise: Start with Daily Intelligence
Chapter 260 6 hours ago -
Dantian has a little field
Chapter 333 6 hours ago -
Evil Path to Longevity, Start with Moving Blood and Bones
Chapter 572 6 hours ago -
My perfect apocalyptic life
Chapter 325 6 hours ago -
Destiny Villain: I can check the script of my life!
Chapter 662 6 hours ago