Di Paksa Menikah

Chapter 102 BAB 101

Setelah memasukkan kuenya ke dalam oven, Ricko mencuci tangannya lalu melepas celemek yang ia pakai. Sambil menunggu kuenya matang, Ricko kembali ke depan di mana Intan berada.

“Habis ngapain Mas?” Tanya Intan kesal karena menunggu terlalu lama.

“Membuat sesuatu.” Jawab Ricko sambil tersenyum.

“Sesuatu apa?” Tanya Intan lagi semakin penasaran.

“Nanti kamu juga akan tahu sendiri.” Jawab Ricko. Intan pun tidak bertanya lagi karena Ricko juga tidak akan mau menjawabnya.

25 menit kemudian kue yang di buat Ricko sudah matang. Penjaga toko sudah membungkusnya lalu memberikannya pada Ricko. Ricko menerimanya dan membayarnya dengan kartu debit.

Setelah itu Ricko dan Intan keluar dari toko kue lalu masuk ke dalam mobilnya. Di dalam mobil Ricko mengeluarkan kuenya yang masih panas lalu meniupnya pelan – pelan.

“Buka mulutmu.” Ujar Ricko lalu memasukkan kue itu ke dalam mulut Intan setelah Intan membuka mulutnya.

“Enak?” Tanya Ricko sambil tersenyum setelah Intan mengunyah kue itu di dalam mulutnya.

“Hmmm.” Gumam Intan sambil mengunyah kue di dalam mulutnya.

“Itu aku yang membuatnya sendiri di dapur toko kue tadi.” Ujar Ricko tiba – tiba lalu memasukkan kue ke dalam mulutnya.

“Benarkah?” Tanya Intan tidak percaya. Ricko menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

“Terima kasih Mas. Terima kasih sudah memanjakanku, menjagaku, dan merawatku.” Ujar Intan sambil memeluk dan mencium pipi Ricko. Ricko menunjuk bibirnya, Intan pun mengerti lalu mengecup bibir Ricko.

Setelah menghabiskan kue di dalam mobil, Ricko melajukan mobilnya ke rumah orangtua Intan.

Sesampainya di rumah Bu Romlah, Intan segera mengganti pakaiannya yang basah. Setelah itu ia pergi ke dapur untuk mencari makanan. Ia sangat rindu dengan masakan ibunya.

“kamu belum makan Ntan?” Tanya Bu Romlah pada Intan.

“Sudah tapi hanya makan kue saja Bu. Oh iya Bu… Intan hamil. Intan sekarang hamil anaknya Mas Ricko.” Ujar Intan pada Bu Romlah sambil memegang kedua tangan Bu Romlah.

“Benarkah? Ibu ikut senang Ntan. Ibu senang sekali mendengarnya.” Ujar Bu Romlah sambil memeluk Intan. Matanya berkaca – kaca karena terlalu bahagia. Intan pun membalas pelukan ibunya. Ia tidak menyangka ibunya akan sebahagia ini.

“Tunggu sebentar ya. Ibu masakin makanan kesukaanmu. Kamu istirahat saja dulu.” Ujar Bu Romlah. Intan pun patuh dan masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar Ricko sedang berbaring dengan bertelanjang dada karena udara sangat panas, sedangkan di rumah Intan tidak ada AC seperti di rumahnya.

“Kenapa Mas Ricko tidak memakai baju?” Tanya Intan sambil duduk di tepi ranjang.

“Udaranya sangat panas. Aku tidak betah. Lagian kalau aku berbaring memakai baju, nanti pakaianku kusut.” Jawab Ricko. Intan pun menyalakan kipas angin yang menempel di dinding.

“Pakai kipas angin nanti bisa – bisa aku masuk angin.” Ujar Ricko lalu menutupi tubuhnya dengan selimut. Intan pun cemberut lalu berbaring di samping Ricko.

Tidak lama kemudian Bu Romlah mengetuk pintu kamar Intan memberitahu bahwa masakannya sudah matang. Intan dan Ricko pun keluar dari dalam kamar menuju dapur.

Di atas meja makan tersaji ayam bakar komplit dengan sambal dan lalapannya. Itu adalah salah satu makanan favorit Intan. Intan segera mengambil nasi, ayam, sambal, dan sayur lalapan di piringnya.

Ricko yang melihat Intan bersemangat makan jadi ikut senang. Itu akan baik untuk anak yang di kandung Intan. Ia pun ikut makan menemani Intan.

“Kok nggak pedes Bu sambalnya?” Tanya Intan pada Bu Romlah setelah menyuap nasi ke dalam mulutnya.

“Kamu sedang hamil. Jangan sering – sering makan pedas Ntan.” Jawab Bu Romlah.

“Oh gitu. Tapi tetap enak kok Bu.” Ujar Intan sambil tersenyum dan mengacungkan kedua jempolnya.

Intan dan Ricko pun makan dengan lahap. Bu Romlah sangat senang melihat keakuran Ricko dan Intan.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like