Di Paksa Menikah
Chapter 123 BAB 122
“Selamat datang Pak Ricko…” Sapa pegawai hotel yang berjaga di pintu depan lobby hotel sambil menunduk saat melihat Ricko datang. Ricko membalasnya dengan menganggukkan kepalanya.
“Ambilkan kartu kamarku.” Ujar Ricko pada pegawai hotelnya.
“Baik Pak.” Balas pegawai itu.
Pegawai itu segera menghampiri meja resepsionis untuk meminta kartu kamar Ricko. Di hotel ini Ricko memiliki kamar khusus untuk dirinya sendiri yang sangat spesial dan bisa dikatakan mirip apartemen.
Setelah menerima kartu kamarnya, Ricko segera mengajak Intan masuk ke dalam lift dan memencet tombol angka 15. Di lantai 15 hanya ada 1 kamar yaitu kamar yang di khususkan untuk Ricko.
“Kenapa kita ke sini Mas?” Tanya Intan masih bingung kenapa Ricko mengajaknya ke hotel. Seperti biasa Ricko tidak akan menjawabnya.
Saat sudah memasuki kamar, Intan sangat takjub dengan kemewahan dan keindahan isi kamar itu. Selain ada tempat tidur yang sangat besar, di sana juga ada dapur, meja makan, kamar mandi, dan ruang tamu juga. Ia segera menghambur ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sana. Karena besok adalah hari pernikahan mereka, pihak WO juga menghias kamar itu seindah mungkin. Banyak bunga bertaburan di mana - mana.
“Apa kamu suka?” Tanya Ricko setelah duduk di tepi tempat tidur.
“Iya Mas. Suka sekali.” Balas Intan sambil tersenyum senang. Ini pertama kalinya Intan masuk dan tidur di hotel, jadi ia merasa sangat senang sekali.
”Apa kamu sudah merasa lapar?” Tanya Ricko karena sudah masuk waktunya makan malam.
“Iya Mas. Apalagi sekarang aku makan untuk 2 orang sama anak kamu yang ada di dalam sini.” Jawab Intan sambil membelai perutnya yang masih rata.
“Kamu mau makan di sini apa di resto lantai 3?” Tanya Ricko lagi.
“Di sini saja. Aku capek naik turun terus Mas.” Balas Intan. Setelah itu Ricko menghubungi resto hotelnya dengan telepon yang ada di meja samping tempat tidur.
Sambil menunggu makanan datang, Ricko membaringkan tubuhnya di samping Intan lalu memeluknya. Ia menempelkan hidungnya pada leher Intan sehingga menimbulkan sensasi geli pada Intan.
“geli Mas… jangan begini.” Ujar Intan sambil mendorong tubuh Ricko.
“Sudah lama kita tidak melakukannya.” Ucap Ricko di telinga Intan dengan masih memeluk tubuh Intan.
“Aku kan sedang hamil Mas…” Balas Intan menolak halus ajakan Ricko.
“Lalu apa aku harus menunggu sampai kamu melahirkan? Itu lama sekali masih 8 bulan lagi. Aku tidak akan kuat menahannnya.” Seru Ricko sudah tidak tahan sejak melihat Intan berganti pakaian tadi sore.
“Jadi Mas Ricko mengajakku ke sini karena mau melakukan itu?” Tanya Intan dengan cemberut karena ia baru menyadari Ricko mengajaknya tidur di hotel karena ada maksud terselubung.
“Hahaha. Kamu benar.” Balas Ricko lalu memegang tengkuk Intan dan mencium bibirnya, sedangkan tangan satunya mengunci pinggang Intan.
Ricko mencium Intan dengan kelembutan supaya Intan tidak marah dan menolaknya. Saat Intan mulai lengah, Ricko menurunkan resleting yang ada di punggung Intan dengan pelan – pelan. Setelah itu ia menurunkan pakaian bagian bahu Intan sehingga tampaklah dada intan yang masih tertutup bra.
Saat Ricko akan melanjutkan aksinya, tiba – tiba bel pintunya berbunyi. Ia baru ingat kalau tadi ia sedang menunggu makanan yang ia pesan datang. Ia segera bangkit dan membenahi pakaian Intan seperti semula lalu membuka pintu dan menyuruh pelayan resto itu masuk untuk menaruh makanan di atas meja makan.
Setelah pelayan resto keluar dari kamarnya, Ricko segera menutup pintu kamarnya kembali dan mengajak Intan untuk segera makan. Ia ingin Intan makan yang banyak untuk tenaga pertempuran nanti malam.
“Mas, kita hanya berdua kenapa makanannya banyak sekali?” Tanya Intan saat melihat banyak makanan di atas meja.
“Kita bertiga sekarang. Ada anakku di dalam perutmu. Dia harus makan yang banyak supaya sehat.” Jawab Ricko sambil duduk di meja makan.
“Tapi ini terlalu banyak Mas. Aku tidak akan sanggup menghabiskannya.” Balas Intan.
“Aku akan menyuapimu. Tenang saja. Kamu hanya perlu membuka mulut, mengunyah dan menelannya.” Balas Ricko sambil mengambil makanan dan menaruhnya di piring.
“Kamu memaksaku makan banyak Mas? Nanti aku gendut. Ini sudah malam dan sebentar lagi waktunya tidur malam.” Seru Intan tidak percaya Ricko menyuruhnya makan banyak sebelum tidur.
“Siapa bilang kita akan tidur? Kita akan bertempur. Jadi makanlah yang banyak supaya kamu bertenaga. Cepat buka mulutmu!” Ujar Ricko sambil menyodorkan sesendok makanan ke depan mulut Intan. Intan pun membuka mulutnya dengan cemberut.
Setelah makan dan beristirahat sebentar, Ricko benar – benar mengajak Intan untuk bercinta. Ricko melakukannya dengan pelan – pelan supaya Intan merasa nyaman dan tidak trauma.
“Ambilkan kartu kamarku.” Ujar Ricko pada pegawai hotelnya.
“Baik Pak.” Balas pegawai itu.
Pegawai itu segera menghampiri meja resepsionis untuk meminta kartu kamar Ricko. Di hotel ini Ricko memiliki kamar khusus untuk dirinya sendiri yang sangat spesial dan bisa dikatakan mirip apartemen.
Setelah menerima kartu kamarnya, Ricko segera mengajak Intan masuk ke dalam lift dan memencet tombol angka 15. Di lantai 15 hanya ada 1 kamar yaitu kamar yang di khususkan untuk Ricko.
“Kenapa kita ke sini Mas?” Tanya Intan masih bingung kenapa Ricko mengajaknya ke hotel. Seperti biasa Ricko tidak akan menjawabnya.
Saat sudah memasuki kamar, Intan sangat takjub dengan kemewahan dan keindahan isi kamar itu. Selain ada tempat tidur yang sangat besar, di sana juga ada dapur, meja makan, kamar mandi, dan ruang tamu juga. Ia segera menghambur ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sana. Karena besok adalah hari pernikahan mereka, pihak WO juga menghias kamar itu seindah mungkin. Banyak bunga bertaburan di mana - mana.
“Apa kamu suka?” Tanya Ricko setelah duduk di tepi tempat tidur.
“Iya Mas. Suka sekali.” Balas Intan sambil tersenyum senang. Ini pertama kalinya Intan masuk dan tidur di hotel, jadi ia merasa sangat senang sekali.
”Apa kamu sudah merasa lapar?” Tanya Ricko karena sudah masuk waktunya makan malam.
“Iya Mas. Apalagi sekarang aku makan untuk 2 orang sama anak kamu yang ada di dalam sini.” Jawab Intan sambil membelai perutnya yang masih rata.
“Kamu mau makan di sini apa di resto lantai 3?” Tanya Ricko lagi.
“Di sini saja. Aku capek naik turun terus Mas.” Balas Intan. Setelah itu Ricko menghubungi resto hotelnya dengan telepon yang ada di meja samping tempat tidur.
Sambil menunggu makanan datang, Ricko membaringkan tubuhnya di samping Intan lalu memeluknya. Ia menempelkan hidungnya pada leher Intan sehingga menimbulkan sensasi geli pada Intan.
“geli Mas… jangan begini.” Ujar Intan sambil mendorong tubuh Ricko.
“Sudah lama kita tidak melakukannya.” Ucap Ricko di telinga Intan dengan masih memeluk tubuh Intan.
“Aku kan sedang hamil Mas…” Balas Intan menolak halus ajakan Ricko.
“Lalu apa aku harus menunggu sampai kamu melahirkan? Itu lama sekali masih 8 bulan lagi. Aku tidak akan kuat menahannnya.” Seru Ricko sudah tidak tahan sejak melihat Intan berganti pakaian tadi sore.
“Jadi Mas Ricko mengajakku ke sini karena mau melakukan itu?” Tanya Intan dengan cemberut karena ia baru menyadari Ricko mengajaknya tidur di hotel karena ada maksud terselubung.
“Hahaha. Kamu benar.” Balas Ricko lalu memegang tengkuk Intan dan mencium bibirnya, sedangkan tangan satunya mengunci pinggang Intan.
Ricko mencium Intan dengan kelembutan supaya Intan tidak marah dan menolaknya. Saat Intan mulai lengah, Ricko menurunkan resleting yang ada di punggung Intan dengan pelan – pelan. Setelah itu ia menurunkan pakaian bagian bahu Intan sehingga tampaklah dada intan yang masih tertutup bra.
Saat Ricko akan melanjutkan aksinya, tiba – tiba bel pintunya berbunyi. Ia baru ingat kalau tadi ia sedang menunggu makanan yang ia pesan datang. Ia segera bangkit dan membenahi pakaian Intan seperti semula lalu membuka pintu dan menyuruh pelayan resto itu masuk untuk menaruh makanan di atas meja makan.
Setelah pelayan resto keluar dari kamarnya, Ricko segera menutup pintu kamarnya kembali dan mengajak Intan untuk segera makan. Ia ingin Intan makan yang banyak untuk tenaga pertempuran nanti malam.
“Mas, kita hanya berdua kenapa makanannya banyak sekali?” Tanya Intan saat melihat banyak makanan di atas meja.
“Kita bertiga sekarang. Ada anakku di dalam perutmu. Dia harus makan yang banyak supaya sehat.” Jawab Ricko sambil duduk di meja makan.
“Tapi ini terlalu banyak Mas. Aku tidak akan sanggup menghabiskannya.” Balas Intan.
“Aku akan menyuapimu. Tenang saja. Kamu hanya perlu membuka mulut, mengunyah dan menelannya.” Balas Ricko sambil mengambil makanan dan menaruhnya di piring.
“Kamu memaksaku makan banyak Mas? Nanti aku gendut. Ini sudah malam dan sebentar lagi waktunya tidur malam.” Seru Intan tidak percaya Ricko menyuruhnya makan banyak sebelum tidur.
“Siapa bilang kita akan tidur? Kita akan bertempur. Jadi makanlah yang banyak supaya kamu bertenaga. Cepat buka mulutmu!” Ujar Ricko sambil menyodorkan sesendok makanan ke depan mulut Intan. Intan pun membuka mulutnya dengan cemberut.
Setelah makan dan beristirahat sebentar, Ricko benar – benar mengajak Intan untuk bercinta. Ricko melakukannya dengan pelan – pelan supaya Intan merasa nyaman dan tidak trauma.
You'll Also Like
-
Weird Star Witch
Chapter 826 8 hours ago -
Villains of All Worlds: Starting with the Beautiful Vampire Bride
Chapter 135 10 hours ago -
Infinite entries? I become the Zerg Scourge!
Chapter 81 11 hours ago -
End of the World: The materials consumed by women are returned ten thousand times
Chapter 160 11 hours ago -
I'm in Marvel
Chapter 139 11 hours ago -
Family Rise: Start with Daily Intelligence
Chapter 260 12 hours ago -
Dantian has a little field
Chapter 333 12 hours ago -
Evil Path to Longevity, Start with Moving Blood and Bones
Chapter 572 12 hours ago -
My perfect apocalyptic life
Chapter 325 12 hours ago -
Destiny Villain: I can check the script of my life!
Chapter 662 12 hours ago