Di Paksa Menikah

Chapter 144 BAB 142

Di dalam swalayan, Intan segera menuju ke kulkas yang bertuliskan wxxx. Ia membelalakkan matanya dengan senang saat melihat berbagai macam es krim yang ada di dalam kulkas. Lagi – lagi Intan menjilat bibirnya ketika membayangkan segar dan enaknya es krim itu apabila sudah mendarat di dalam mulutnya. Ia pun akhirnya mengambil beberapa es krim yang ia pikir rasanya enak.

Setelah membayar di kasir, Intan duduk di kursi yang tersedia di depan swalayan untuk menikmati es krim-nya. Ia sudah tidak sabar untuk menyantapnya sejak melihat iklan di televisi saat di rumah tadi. Ia membuka bungkus es krim itu lalu menggigit es krimnya sedikit demi sedikit. Intan memejamkan matanya sambil tersenyum merasakan manis dan dingin es krim yang ada di dalam mulutnya.

Sementara itu Ricko di teras rumah sedang mengamati layar ponselnya untuk mengetahui di mana Intan berada. Setelah membuka sebuah aplikasi di dalam ponselnya, Ricko akirnya dapat menemukan keberadaan Intan.

“Sedang apa dia di swalayan?” gumam Ricko sambil mengernyitkan dahinya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mandi sambil menunggu Intan pulang.

Setelah menghabiskan keempat es krimnya, Intan baru sadar dan melihat jam di ponselnya, betapa terkejutnya ia saat melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 16.15. Intan pun segera pulang karena merasa sangat yakin kalau sekarang Ricko sudah berada di rumah.

Selama perjalanan pulang, Intan memikirkan apa yang harus ia katakan pada Ricko supaya tidak marah. Ia yakin Ricko pasti marah saat pulang kerja dan tidak menemukan dirinya di rumah. Intan tahu Ricko sangat mengkhawatirkan keadaannya saat ini yang sedang hamil, apalagi hamil muda dan kembar.

Sesampainya di rumah, jantung Intan berdebar – debar saat melihat mobil Ricko sudah berada di dalam garasi. Mau tidak mau ia segera memarkirkan motornya di dalam garasi juga. Setelah itu ia menghembuskan nafas dengan berat melalui mulutnya sebelum masuk ke dalam rumah untuk menghadapi Ricko. Ia masuk ke dalam rumah dengan pelan – pelan dan mengendap – endap sambil melihat situasi di dalam rumah. Ia celingak – celinguk ke seluruh sisi ruangan berharap tidak bertemu Ricko secepatnya.

Saat Intan melewati ruang tengah, tiba – tiba ia mendengar suara Ricko dari atas tangga. Intan merasa terkejut lalu membelalakkan matanya melihat ke atas di mana Ricko berada.

“Dari mana saja kamu?” tanya Ricko dengan geram sambil menuruni tangga.

Intan sudah tahu Ricko pasti marah karena tadi sebelum berangkat bekerja Ricko berpesan supaya banyak istirahat, tapi ia malah kelayapan. Intan pun menelan ludahnya lalu menghirup udara melalui hidungnya dengan kuat setelah itu menghembuskannya dengan kasar melalui mulutnya.

“Mas, jangan marah,” rengek Intan setelah Ricko sudah berada di dekatnya sambil menggaet lengan Ricko. Mengingat Intan sedang hamil, hati Ricko pun melunak lalu mengajak Intan duduk di sofa ruang tengah.

“Jangan pergi – pergi sendiri lagi, aku khawatir,” ucap Ricko dengan lembut dan tersenyum sambil membelai puncak kepala Intan.

“Iya Mas,” jawab Intan sambil menyuguhkan senyum termanisnya.

“Habis dari mana? Kenapa tidak sabar menungguku pulang?” tanya Ricko dengan sabar.

“Tadi aku melihat iklan es krim wxxx di televisi, tiba – tiba aku pengen banget Mas, jadi aku pergi ke swalayan untuk membelinya. Maafkan aku sudah membuat Mas Ricko khawatir,” jawab Intan meminta maaf dengan tulus.

“Apa kamu sangat menyukainya?” tanya Ricko lagi.

“Iya Mas, rasanya enak banget,” jawab Intan dengan antusias.

“Aku akan membelikanmu satu kulkas penuh besok, supaya kamu tidak perlu keluar rumah sendiri lagi,” balas Ricko sambil tersenyum lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelepon Romi.

“Halo Rick, ada apa?” tanya Romi di seberang telepon saat sudah tersambung.

“Hubungi pabrik es krim wxxx, suruh mereka mengirim satu kulkas penuh es krim berbagai macam rasa ke rumahku besok!” perintah Ricko langsung pada Intinya.

“Kamu mau jualan es krim Rick? Hahaha,” tanya Romi lalu tertawa.

“Tidak, aku membelinya untuk istriku,” jawab Ricko sambil melirik ke arah Intan dan tersenyum lembut.

“Oh, okey Rick, siap laksanakan!” balas Romi lalu Ricko memutuskan sambungan teleponnya.

“Terima kasih Mas,” ucap Intan lalu memeluk Ricko. Ricko pun membalas pelukan Intan yang berada di dadanya.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like