Di Paksa Menikah

Chapter 167 BAB 164

Dua bulan kemudian

Romi pun kini sudah sah menjadi tunangan Sita. Ia melamar Sita satu minggu setelah makan malam di rumah Pak Bambang waktu itu. Mereka akan menikah setelah Sita lulus kuliah. Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri sudah berlalu.

Rossa merasa bosan karena hanya tinggal di rumah saja. Ia sudah lama tidak bekerja karena kondisinya yang harus istirahat total dan proses penyembuhan setelah operasi di kepalanya. Ia juga heran kenapa Ricko tidak pernah menjenguknya lagi. Ia pun keluar dari dalam kamarnya dan menghampiri mamanya yang tengah memasak makanan untuknya di dapur.

“Ma … “ panggil Rossa sambil memeluk mamanya dari belakang dan menyandarkan kepalanya pada punggung mamanya.

“Ada apa Ros … “ jawab mamanya lalu mencicipi sup yang sedang ia masak.

“Ricko kok enggak pernah datang jenguk Rossa lagi?” tanya Rossa dengan manja pada mamanya.

“Kamu tahu sendiri kan Ricko pengusaha sukses, mungkin dia sibuk. Jadi, sabar saja ya … “ balas Bu Alda beralasan sambil membelai puncak kepala Rossa. Rossa menganggukkan kepalanya, tapi ia sudah sangat rindu dengan Ricko. Selama ini Ricko juga tidak pernah menghubunginya sama sekali.

Rossa pun kembali ke kamarnya dan berganti pakaian. Ia ingin menemui Ricko sekarang dengan mendatangi perusahaannya. Ketika Rossa keluar dari kamarnya, Bu Alda melihatnya.

“Mau ke mana Ros?” tanya Bu Alda yang melihat Rossa bersiap-siap hendak pergi.

“Menemui Ricko Ma … “ jawab Rossa.

“Kamu masih belum pulih. Istirahat saja di rumah … “ cegah Bu Alda. Ia tidak mau Rossa menemui Ricko.

“Rossa sudah sangat rindu denga Ricko, Ma … “ jawab Rossa.

“Makan dulu supnya mumpung masih hangat … “ ujar Bu Alda. Rossa pun setuju.

Hari ini Intan akan mengikuti ospek di kampusnya. Ricko sudah melarangnya jauh – jauh hari sebelumnya, tapi Intan merasa bosan apabila hanya tinggal di rumah terus – terusan, sehingga ia bersikeras ingin mengikuti ospek di kampusnya karena ketiga sahabatnya juga akhirnya ikut kuliah di sana.

“Kamu yakin akan mengikuti ospek hari ini?” tanya Ricko pada Intan saat sarapan bersama.

“Iya Mas, aku enggak apa – apa. Bukankah kemarin dokter juga sudah bilang anak kita baik – baik saja,” jawab Intan meyakinkan Ricko di sela makannya.

“Baiklah kalau itu yang kamu mau. Jaga dirimu baik – baik, kalau lelah segera istirahat,” balas Ricko sambil tersenyum.

“Iya Mas,” balas Intan tersenyum juga.

Setelah sarapan Ricko mengantar Intan ke kampus ABC di mana Intan akan menimba ilmu. Sesampainya di area parkir, Intan tersenyum sekaligus takjub dengan kampusnya yang sangat besar. Ia berpamitan pada Ricko dengan mencium punggung tangannya dan Ricko mencium kening Intan.

“Assalamu’alaikum, Mas,” ucap Intan pada Ricko sebelum turun dari mobil.

“Wa’alaikum salam,” jawab Ricko sambil tersenyum.

Setelah Intan turun dari mobil dan menutup pintunya, ia berjalan menjauh dari mobil dan Ricko menyaksikannya dari dalam mobil. Setelah berjalan beberapa langkah, Intan menoleh ke belakang dan melihat Ricko masih belum pergi juga. Intan pun mengeryitkan dahinya dan kembali untuk menyuruh Ricko pergi.

“Kenapa masih belum pergi?” tanya Intan di samping kaca jendela mobil Ricko.

“Kenapa aku harus pergi? Aku akan menunggumu sampai selesai. Aku sudah bilang sama Romi untuk mengurus pekerjaan hari ini,” jawab Ricko sambil tersenyum.

“Apa?! Jadi Mas Ricko mau menungguku sampai waktunya pulang?” tanya Intan terkejut dan tidak percaya.

“Iya, sudah sana masuk, nanti kamu terlambat,” jawab Ricko menyuruh Intan segera pergi. Intan pun patuh dan segera pergi karena takut terlambat.

Bonus chapter ini untuk yang mengikuti kuis di instagram saya tadi siang. Ada 3 orang yang menjawab hampir benar, tapi saya menghargai usaha kakak-kakak sekalian. Terima kasih banyak. ????

Mohon dukungan vote poinnya ya Kakak2, supaya author juga semangat melanjutkan bab-bab selanjutnya. Terima kasih ????

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like