Di Paksa Menikah

Chapter 172 BAB 169

Ricko POV

Sore hari ketika pulang dari ospek, aku menyuruh Intan untuk beristirahat dan aku memijat kakinya. Aku yakin dia sangat lelah dengan aktivitasnya selama beberapa hari ini, ditambah ia membawa anak kami ke mana-mana di dalam kandungannya.

“Terima kasih Mas, tapi aku tidak lelah beneran,“ ujarnya padaku.

“Tidak apa-apa. Beristirahatlah sekarang. Nanti malam aku akan mengajakmu ke suatu tempat,” ucapku dengan misterius.

“Ke mana?” tanyanya ingin tahu.

“Rahasia. Istirahatlah. Aku ke ruang kerja dulu,” balasku lalu berdiri dan meninggalkannya setelah mengecup keningnya.

Setelah aku keluar dari dalam kamar dan menutup pintunya, aku ke ruang kerjaku dan menelepon hotel milikku untuk memastikan semua disiapkan seperti yang aku minta. Aku sudah merencanakan ini beberapa hari sebelumnya.

Setelah itu aku naik ke atap rumahku untuk memastikan bahwa helikopter yang aku sewa juga sudah siap di sana. Sengaja aku meminta helikopter itu datang sebelum kami pulang dari kampus, supaya istriku tidak mendengar suara kedatangannya. Aku ingin memberikan kejutan yang istimewa dan tak terlupakan untuknya. Ini adalah ulang tahunnya yang pertama setelah berstatus menjadi istriku. Aku menyewa helikopter beberapa hari yang lalu untuk malam ini karena aku sudah memprediksi bahwa setiap malam minggu pasti jalanan akan macet. Sekalian aku ingin Intan tahu keindahan kota apabila dilihat dari atas pada malam hari.

Aku masuk ke dalam rumah kembali ketika Susi memanggilku dan mengatakan gaun dari butik sudah datang. Aku menyuruhnya untuk menaruh gaun itu di atas tempat tidur ketika Intan sudah bangun. Sedangkan aku bersiap-siap dan mandi di kamar lain.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku berkaca di depan cermin untuk memastikan bahwa penampilanku malam ini sempurna. Aku ingin menjadi laki-laki paling tampan di dunia untuk malam ini karena ini adalah momen spesial bagi istriku.

Aku keluar kamar melangkahkan kakiku ke kamar di mana istriku berada. Ketika aku membuka pintu, aku melihat ia sedang melihat gaun yang aku pesan.

“Pakailah gaun itu,” ucapku padanya. Ia pun mengangguk.

Setelah itu ia membuka handuk yang melilit di tubuhnya. Aku tersenyum melihat tubuh telanjangnya dengan perut yang membuncit. Sampai sekarang aku masih tidak percaya bahwa yang tumbuh di dalam rahimnya adalah benihku. Dia melihatku dan tersenyum.

Setelah siap, aku menggandeng tangannya keluar kamar. Aku mengajaknya ke sebuah pintu untuk naik ke atap. Saat melihat ada helikopter di sana, aku tahu dia terkejut. Aku pun mengajaknya menghampiri helikopter itu dan mengajaknya naik.

“Kita mau ke mana Mas?” tanyanya padaku.

“Nanti kamu juga akan tahu,” jawabku.

Aku memasang sabuk pengaman di tubuhnya dan headphone di kepalanya. Ketika helikopter ini mulai terbang, aku tahu dia takut. Aku pun memeluk tubuhnya dengan erat supaya tenang. Dia memejamkan matanya di pelukanku. Aku membelai puncak kepalanya dan tersenyum. Ia pun menatapku hingga tatapan mata kami bertemu.

“Lihatlah ke bawah … “ ucapku padanya.

Ia menggelengkan kepalanya. Aku berusaha meyakinkannya dan mengatakan bahwa pemandangan di bawah sangat indah. Ia pun akhirnya penasaran dan melihatnya. Aku melihat ekspresi wajahnya begitu takjub dengan pemandangan yang ada di bawah sana.

Setelah 30 menit mengudara, akhirnya helikopter ini mendarat di atap gedung hotel milikku. Aku melepas sabuk pengaman dan headphone di kepala istriku. Setelah itu aku turun terlebih dahulu dan mengulurkan tanganku untuk membantunya turun.

Aku mengajaknya masuk ke sebuah pintu dan menuruni tangga. Dia memandangku dan aku membalasnya seraya tersenyum. Tibalah kami di depan ruangan yang aku pesan. Pegawaiku membukakan pintu untuk kami.

Aku mengajak istriku masuk ke dalam ruangan gelap itu lalu lampu menyala setelah aku menjentikkan jariku. Dia terkejut dan tertegun melihat melihat keindahan dekorasi ruangan itu. Aku mengajaknya berjalan di atas karpet merah lalu menggeser kursi mundur supaya ia bisa duduk dengan nyaman. Setelah itu aku duduk di kursi seberangnya.

Tidak lama kemudian seorang pelayan laki-laki datang membawa nasi tumpeng mini pesananku dengan wadah tertutup dan menaruhnya di atas meja.

“Happy birthday sayang … “ ucapku sambil tersenyum setelah pelayan itu pergi.

Tidak kusangka dia terkejut. Aku melihat matanya berkaca-kaca.

“Selamat ulang tahun yang ke 19 tahun istriku … “ ucapku seraya menghampirinya dan mengecup keningnya.

“Terima kasih Mas … “ ucapnya seraya menangis. Aku mengusap air matanya dengan ibu jariku.

Setelah itu aku berdiri dan membuka penutup tumpeng di hadapanku. Aku menyerahkan pisau pada istriku supaya ia segera memotong tumpengnya. Setelah ia menaruh potongan tumpeng itu di atas piring dan menyendoknya, aku mengira dia akan menyuapiku. Aku pun membuka mulutku lebar-lebar, tapi nyatanya dia memasukkan suapan pertama itu ke dalam mulutnya sendiri.

Aku pun cemberut dan meliriknya dengan sedih. Ia mengulum senyum menahan tawa. Ia pun menyendok nasi lagi dan mengarahkannya ke mulutku, tapi aku tidak mau membuka mulutku. Kukira dia akan membujukku, nyatanya dia malah mau memakannya lagi. Aku pun memegang tangannya dan mengarahkan sendok itu ke mulutku. Dia pun tersenyum padaku.

Terima kasih untuk yang sudah vote. Yang komen "lanjut" mulu, jangan lupa vote juga ya. Anda puas bacanya, saya senang naik rangkingnya. ????

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like