Di Paksa Menikah
Chapter 198. BAB 195
Ricko membuka matanya dan melihat bahwa kini ia berada di rumah sakit. Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“Aaaah,” pekik Ricko.
Bu Sofi yang sedang duduk di sofa segera menghampirinya. Sudah dua hari Ricko berbaring dan tidak sadarkan diri.
“Alhamdulillah … akhirnya kamu sadar juga,” ucap Bu Sofi mengucap syukur seraya memencet tombol yang ada di samping tempat tidur Ricko untuk memanggil dokter dan perawat.
“Di mana Intan? Bagaimana dengan anakku, Ma?” tanya Ricko pada mamanya dengan tidak sabar.
“Tenang Ricko … kamu baru saja sadar. Biar dokter memeriksamu dulu,” ujar Bu Sofi menenangkan Ricko.
Tidak lama kemudian dokter dan perawat pun datang untuk memeriksanya. Setelah memastikan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, dokter dan perawat itu pun pergi.
“Di mana Intan, Ma? Dia baik-baik saja kan? Bagaimana dengan anakku?” tanya Ricko lagi dengan tidak sabar dan khawatir.
“Sabar Rick … “ ucap bu Sofi dengan lirih menenangkan Ricko dan mengusap air matanya.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Ricko semakin penasaran.
“Istrimu koma,” jawab bu Sofi dengan menangis. Ia tidak tega mengatakannya pada Ricko. Ia juga tidak tega melihat Intan yang berada di ruang ICU dengan berbagai macam alat kesehatan yang dipasangkan pada tubuh Intan.
“Bagaimana dengan anakku?” tanya Ricko dengan menitikkan air mata. Jujur ia tidak sanggup mendengar berita buruk yang akan ia dengar, tapi ia ingin tahu kepastiannya.
“Anakmu sudah lahir, tapi …. “ Bu Sofi menggantungkan kalimatnya.
“Tapi apa, Ma?” tanya Ricko dengan tidak sabar dan memegangi kedua lengan mamanya.
“Tapi mereka premature karena belum waktunya untuk dilahirkan,” jawab bu Sofi dengan bibir bergetar menahan tangis. Ia sudah melihat wujud cucunya yang masih sangat mungil-mungil. Ia ingin mendekap dan memeluk bayi bayi itu, tapi dokter melarangnya dan menaruh mereka di dalam inkubator untuk mendapatkan perawatan intensif.
“Aku ingin melihat mereka, Ma,” ujar Ricko seraya mencoba bangkit.
“Sebentar mama panggilkan perawat supaya membantumu bangun,” ucap bu Sofi lalu keluar sebentar untuk memanggil perawat beserta kursi roda.
Tidak lama kemudian bu Sofi masuk dengan seorang perawat yang tengah mendorong kursi roda. Kemudian perawat itu membantu Ricko yang masih lemah duduk di kursi roda. Setelah itu ia mendorongnya keluar menuju ruang perinatal dan bu Sofi mengikuti di belakang mereka.
Kini Ricko melihat bayi-bayi mungil itu dari luar kaca ruang bayi dengan duduk di kursi roda. Ia membelai kaca itu seakan-akan sedang membelai kedua anaknya. Ia merasa bahagia karena istri dan anaknya selamat dari kecelakaan itu, tapi ia juga sedih karena istrinya koma dan anaknya lahir premature. Ia pun menitikkan air mata. Ia merasa gagal menjadi suami dan papa yang baik untuk keluarga kecilnya.
Setelah melihat kedua anaknya, Ricko pergi ke ruang ICU di mana Intan berada. Sebenarnya anggota keluarga tidak diperbolehkan masuk, tapi Ricko memohon untuk diizinkan melihat istrinya. Ia berjanji hanya melihatnya sebentar. Ia sangat rindu dengan senyum istrinya yang setiap hari menemani hari-harinya.
Kini Ricko diizinkan masuk dengan baju steril menempel pada tubuhnya. Ia memegang tangan Intan yang tidak bergerak dan mencium tangan itu serta menempelkan pada pipinya.
“Sayang … bangunlah … “ ucap Ricko lirih dengan tubuh bergetar dan menangis. Air matanya jatuh dan membasahi pipi serta tangan Intan yang ada di pipinya. Ia tidak tega melihat istrinya yang terkulai tidak berdaya. Hatinya sangat sakit. Bibir dan pipi yang biasanya ia cium kini terlihat pucat dan kering. Andai saja ia bisa menggantikan posisi istrinya, ia akan sangat bersedia. Anak-anaknya membutuhkan ibunya dari pada ayahnya.
***
Grup chat sudah saya buka kembali. Mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk yang sudah saya keluarkan. Itu saya keluarkan semuanya bukan orang-orang tertentu saja. Jadi jangan tersinggung apalagi marah-marah tidak jelas. Kalian bisa masuk kembali dengan syarat harus komen di salah satu novel saya. Yang masih belum diterima, berarti belum pernah komen di novel saya. Cara masuk silakan ke bagian depan novel. Jangan lupa vote ya, saya sudah update setiap hari. Terima kasih ;_
“Aaaah,” pekik Ricko.
Bu Sofi yang sedang duduk di sofa segera menghampirinya. Sudah dua hari Ricko berbaring dan tidak sadarkan diri.
“Alhamdulillah … akhirnya kamu sadar juga,” ucap Bu Sofi mengucap syukur seraya memencet tombol yang ada di samping tempat tidur Ricko untuk memanggil dokter dan perawat.
“Di mana Intan? Bagaimana dengan anakku, Ma?” tanya Ricko pada mamanya dengan tidak sabar.
“Tenang Ricko … kamu baru saja sadar. Biar dokter memeriksamu dulu,” ujar Bu Sofi menenangkan Ricko.
Tidak lama kemudian dokter dan perawat pun datang untuk memeriksanya. Setelah memastikan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, dokter dan perawat itu pun pergi.
“Di mana Intan, Ma? Dia baik-baik saja kan? Bagaimana dengan anakku?” tanya Ricko lagi dengan tidak sabar dan khawatir.
“Sabar Rick … “ ucap bu Sofi dengan lirih menenangkan Ricko dan mengusap air matanya.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Ricko semakin penasaran.
“Istrimu koma,” jawab bu Sofi dengan menangis. Ia tidak tega mengatakannya pada Ricko. Ia juga tidak tega melihat Intan yang berada di ruang ICU dengan berbagai macam alat kesehatan yang dipasangkan pada tubuh Intan.
“Bagaimana dengan anakku?” tanya Ricko dengan menitikkan air mata. Jujur ia tidak sanggup mendengar berita buruk yang akan ia dengar, tapi ia ingin tahu kepastiannya.
“Anakmu sudah lahir, tapi …. “ Bu Sofi menggantungkan kalimatnya.
“Tapi apa, Ma?” tanya Ricko dengan tidak sabar dan memegangi kedua lengan mamanya.
“Tapi mereka premature karena belum waktunya untuk dilahirkan,” jawab bu Sofi dengan bibir bergetar menahan tangis. Ia sudah melihat wujud cucunya yang masih sangat mungil-mungil. Ia ingin mendekap dan memeluk bayi bayi itu, tapi dokter melarangnya dan menaruh mereka di dalam inkubator untuk mendapatkan perawatan intensif.
“Aku ingin melihat mereka, Ma,” ujar Ricko seraya mencoba bangkit.
“Sebentar mama panggilkan perawat supaya membantumu bangun,” ucap bu Sofi lalu keluar sebentar untuk memanggil perawat beserta kursi roda.
Tidak lama kemudian bu Sofi masuk dengan seorang perawat yang tengah mendorong kursi roda. Kemudian perawat itu membantu Ricko yang masih lemah duduk di kursi roda. Setelah itu ia mendorongnya keluar menuju ruang perinatal dan bu Sofi mengikuti di belakang mereka.
Kini Ricko melihat bayi-bayi mungil itu dari luar kaca ruang bayi dengan duduk di kursi roda. Ia membelai kaca itu seakan-akan sedang membelai kedua anaknya. Ia merasa bahagia karena istri dan anaknya selamat dari kecelakaan itu, tapi ia juga sedih karena istrinya koma dan anaknya lahir premature. Ia pun menitikkan air mata. Ia merasa gagal menjadi suami dan papa yang baik untuk keluarga kecilnya.
Setelah melihat kedua anaknya, Ricko pergi ke ruang ICU di mana Intan berada. Sebenarnya anggota keluarga tidak diperbolehkan masuk, tapi Ricko memohon untuk diizinkan melihat istrinya. Ia berjanji hanya melihatnya sebentar. Ia sangat rindu dengan senyum istrinya yang setiap hari menemani hari-harinya.
Kini Ricko diizinkan masuk dengan baju steril menempel pada tubuhnya. Ia memegang tangan Intan yang tidak bergerak dan mencium tangan itu serta menempelkan pada pipinya.
“Sayang … bangunlah … “ ucap Ricko lirih dengan tubuh bergetar dan menangis. Air matanya jatuh dan membasahi pipi serta tangan Intan yang ada di pipinya. Ia tidak tega melihat istrinya yang terkulai tidak berdaya. Hatinya sangat sakit. Bibir dan pipi yang biasanya ia cium kini terlihat pucat dan kering. Andai saja ia bisa menggantikan posisi istrinya, ia akan sangat bersedia. Anak-anaknya membutuhkan ibunya dari pada ayahnya.
***
Grup chat sudah saya buka kembali. Mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk yang sudah saya keluarkan. Itu saya keluarkan semuanya bukan orang-orang tertentu saja. Jadi jangan tersinggung apalagi marah-marah tidak jelas. Kalian bisa masuk kembali dengan syarat harus komen di salah satu novel saya. Yang masih belum diterima, berarti belum pernah komen di novel saya. Cara masuk silakan ke bagian depan novel. Jangan lupa vote ya, saya sudah update setiap hari. Terima kasih ;_
You'll Also Like
-
Weird Star Witch
Chapter 826 9 hours ago -
Villains of All Worlds: Starting with the Beautiful Vampire Bride
Chapter 135 11 hours ago -
Infinite entries? I become the Zerg Scourge!
Chapter 81 11 hours ago -
End of the World: The materials consumed by women are returned ten thousand times
Chapter 160 11 hours ago -
I'm in Marvel
Chapter 139 11 hours ago -
Family Rise: Start with Daily Intelligence
Chapter 260 13 hours ago -
Dantian has a little field
Chapter 333 13 hours ago -
Evil Path to Longevity, Start with Moving Blood and Bones
Chapter 572 13 hours ago -
My perfect apocalyptic life
Chapter 325 13 hours ago -
Destiny Villain: I can check the script of my life!
Chapter 662 13 hours ago