Di Paksa Menikah
Chapter 46 BAB 46
Pulang dari rumah sakit, Ricko langsung ke perusahaan. Intan pun terpaksa ikut karena kalau Ricko mengantar Intan pulang dulu butuh waktu 2 jam untuk pulang pergi. Intan berjalan mengikuti di belakang Ricko. Semua mata melihat dan bertanya - tanya saat melihat Intan berjalan di belakang Ricko. Ricko tak menghiraukannya. Intan pun berjalan sambil menunduk hingga sampai di dalam ruangan Ricko.
Setelah masuk ke ruangannya Ricko duduk di kursinya dan menyalakan laptop. Intan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Tidak berapa lama Lia sekretaris Ricko masuk mengantarkan kopi dan camilan.
"Buatkan segelas susu untuknya juga." Perintah Ricko pada Lia.
"Baik Pak." Jawab Lia pada Ricko lalu memandang Intan yang sedang duduk di sofa.
20 menit kemudian Lia masuk lagi ke dalam ruangan Ricko membawakan segelas susu untuk Intan dan menaruhnya di meja Ricko, setelah itu keluar dan menutup pintu kembali.
"Minum susumu!" Perintah Ricko pada Intan.
"Aku masih kenyang Mas. Nanti saja." Jawab Intan.
"Sini!" Panggil Ricko sambil melambaikan tangannya. Intan pun berdiri dan mendekat ke arah Ricko. Ricko menarik tangan Intan dan mendudukkan Intan di pangkuannya.
"Mas Ricko mau apa?" Tanya Intan seraya mengernyitkan dahinya.
"Minum susu." Jawab Ricko lalu menaikkan kaos Intan hingga di atas dada dan mengeluarkan payudara Intan dari dalam bra nya.
"Mas! Ini di kantor. Kalo ada yang lihat gimana?" Ucap Intan sambil menurunkan kaosnya lagi tapi di cegah oleh tangan Ricko. Ricko pun segera melumat puncak gunung kembar Intan.
"Aaaaahhh" desah Intan menahan geli. Ia pun mengarahkan rambutnya ke belakang dan mengalungkan kedua tangannya di leher Ricko. Ricko tersenyum senang melihat intan yang kooperatif. Ricko melahap kedua gunung kembar Intan secara bergantian hingga ujungnya menegang.
Tidak berapa lama tiba - tiba Romi masuk ke dalam ruangan Ricko tanpa permisi seperti biasanya dan melihat Ricko sedang menyecap pucuk payudara Intan dengan mesranya. Ia pun tersenyum canggung.
"Lain kali kunci pintunya dulu bro." Ucap Romi lalu keluar dan menutup pintu kembali. Ricko dari tadi terlalu fokus dengan mainannya sehingga tidak menyadari kehadiran Romi. Ia segera mendongak dan menurunkan kembali kaos Intan. Intan sendiri juga panik dan malu ketika mendengar suara Romi. Ia segera turun dari pangkuan Ricko dan membenahi pakaiannya.
"Tu kan di lihat orang. Ini sangat memalukan." Ujar Intan pada Ricko dengan kesal. Ricko mengambil remot di mejanya lalu menekan tombol untuk mengunci pintu ruangannya.
"Sudah terlanjur. Ayo lanjutkan!" Ucap Ricko pada Intan lalu mengajak Intan bercinta di sofa ruangannya. Intan menurut saja karena ia juga sudah terlanjur basah. Bercinta tidak semenakutkan yang ia bayangkan. Semakin sering ia melakukannya rasa sakit waktu awal bercinta pun sudah tidak terasa. Ia menginginkan dan menikmatinya juga. Ia sudah tidak memikirkan akan hamil atau tidak. Ia sudah tidak perduli karena Ricko dan ibunya melarangnya untuk menunda kehamilan serta melihat mertuanya yang sakitnya sudah semakin parah. Intan akhirnya memutuskan untuk hamil dan melahirkan di usianya yang masih muda. Kalau situasi memungkinkan untuk kuliah, ia akan kuliah. Kalau pun tidak, ia akan menunda kuliahnya hingga anaknya nanti lahir. Ia sudah menikah, jadi ia tidak bisa memutuskan semuanya sendiri. Ia harus minta persetujuan Ricko suaminya.
Setelah puas Ricko segera mengajak Intan mandi bersama di kamar mandi di dalam ruangannya.
Setelah masuk ke ruangannya Ricko duduk di kursinya dan menyalakan laptop. Intan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Tidak berapa lama Lia sekretaris Ricko masuk mengantarkan kopi dan camilan.
"Buatkan segelas susu untuknya juga." Perintah Ricko pada Lia.
"Baik Pak." Jawab Lia pada Ricko lalu memandang Intan yang sedang duduk di sofa.
20 menit kemudian Lia masuk lagi ke dalam ruangan Ricko membawakan segelas susu untuk Intan dan menaruhnya di meja Ricko, setelah itu keluar dan menutup pintu kembali.
"Minum susumu!" Perintah Ricko pada Intan.
"Aku masih kenyang Mas. Nanti saja." Jawab Intan.
"Sini!" Panggil Ricko sambil melambaikan tangannya. Intan pun berdiri dan mendekat ke arah Ricko. Ricko menarik tangan Intan dan mendudukkan Intan di pangkuannya.
"Mas Ricko mau apa?" Tanya Intan seraya mengernyitkan dahinya.
"Minum susu." Jawab Ricko lalu menaikkan kaos Intan hingga di atas dada dan mengeluarkan payudara Intan dari dalam bra nya.
"Mas! Ini di kantor. Kalo ada yang lihat gimana?" Ucap Intan sambil menurunkan kaosnya lagi tapi di cegah oleh tangan Ricko. Ricko pun segera melumat puncak gunung kembar Intan.
"Aaaaahhh" desah Intan menahan geli. Ia pun mengarahkan rambutnya ke belakang dan mengalungkan kedua tangannya di leher Ricko. Ricko tersenyum senang melihat intan yang kooperatif. Ricko melahap kedua gunung kembar Intan secara bergantian hingga ujungnya menegang.
Tidak berapa lama tiba - tiba Romi masuk ke dalam ruangan Ricko tanpa permisi seperti biasanya dan melihat Ricko sedang menyecap pucuk payudara Intan dengan mesranya. Ia pun tersenyum canggung.
"Lain kali kunci pintunya dulu bro." Ucap Romi lalu keluar dan menutup pintu kembali. Ricko dari tadi terlalu fokus dengan mainannya sehingga tidak menyadari kehadiran Romi. Ia segera mendongak dan menurunkan kembali kaos Intan. Intan sendiri juga panik dan malu ketika mendengar suara Romi. Ia segera turun dari pangkuan Ricko dan membenahi pakaiannya.
"Tu kan di lihat orang. Ini sangat memalukan." Ujar Intan pada Ricko dengan kesal. Ricko mengambil remot di mejanya lalu menekan tombol untuk mengunci pintu ruangannya.
"Sudah terlanjur. Ayo lanjutkan!" Ucap Ricko pada Intan lalu mengajak Intan bercinta di sofa ruangannya. Intan menurut saja karena ia juga sudah terlanjur basah. Bercinta tidak semenakutkan yang ia bayangkan. Semakin sering ia melakukannya rasa sakit waktu awal bercinta pun sudah tidak terasa. Ia menginginkan dan menikmatinya juga. Ia sudah tidak memikirkan akan hamil atau tidak. Ia sudah tidak perduli karena Ricko dan ibunya melarangnya untuk menunda kehamilan serta melihat mertuanya yang sakitnya sudah semakin parah. Intan akhirnya memutuskan untuk hamil dan melahirkan di usianya yang masih muda. Kalau situasi memungkinkan untuk kuliah, ia akan kuliah. Kalau pun tidak, ia akan menunda kuliahnya hingga anaknya nanti lahir. Ia sudah menikah, jadi ia tidak bisa memutuskan semuanya sendiri. Ia harus minta persetujuan Ricko suaminya.
Setelah puas Ricko segera mengajak Intan mandi bersama di kamar mandi di dalam ruangannya.
You'll Also Like
-
Foundation: Starting from American comics! Exposure and advent
Chapter 218 15 hours ago -
Let’s start with a list of Doraemon’s top ten tear-jerking moments!
Chapter 205 15 hours ago -
All people: I! Destiny Walker, blessed by the Ten Star Gods
Chapter 116 15 hours ago -
President Su Xiong’s son, Million Red Alert opens S3
Chapter 59 15 hours ago -
Bengtie: Encountering Huangquan, I can get the entry
Chapter 70 15 hours ago -
Super God: Mysterious Resurrection, My Ghost Controlling Skills Are Exposed!
Chapter 123 15 hours ago -
Zongman: The villain of the Snow House
Chapter 65 15 hours ago -
Anime chat group: Two-dimensional heroines fight for me
Chapter 94 15 hours ago -
Zongman: My biological mother, Yakumo Yukari, joins the chat group
Chapter 80 1 days ago -
Fairy: Anomaly Invasion, I Expose the Foundation
Chapter 174 1 days ago