Di Paksa Menikah
Chapter 56 BAB 56
"Saya mau bicara sesuatu yang penting sama Bapak." Ucap Ricko pada Pak Ramli saat sudah masuk ke rumah Pak Ramli.
"Ada apa Rick?" Tanya Pak Ramli sambil duduk di ruang tamunya. Ricko dan Intan pun ikut duduk disana.
"Saya mau mengadakan pesta pernikahan kami. Karena saya ingin semua orang tahu kalau kami sudah menikah. Lagian sebentar lagi Intan juga akan lulus sekolah Pak." Jawab Ricko.
"Ya terserah kamu saja Rick. Tapi bapak sarankan setelah Intan wisuda saja ya." Ujar Pak Ramli.
"Iya Pak." Balas Ricko.
Setelah berbincang - bincang dengan Pak Ramli, Ricko beristirahat di kamar Intan. Sedangkan Intan membantu ibunya di dapur yang kebetulan sedang membuat kue. Intan bisa memasak dan membuat kue di usianya yang masih muda karena ia selalu membantu ibunya di dapur. Dari situ ia belajar sehingga ketika ia sudah menikah dengan Ricko, Intan sudah bisa memasak layaknya istri pada umumnya.
"Ntan kamu bahagia kan menikah sama Ricko?" Tanya Bu Romlah saat mereka membuat kue di dapur.
"Iya Bu. Mas Ricko baik sama Intan." Jawab Intan. Meskipun kadang mereka bertengkar tapi Intan tidak mau memberi tahu ibunya.
"Ibu selalu merasa khawatir. Sebelum menikah kamu nangis terus. Ibu jadi ikut sedih Ntan. Kamu anak gadis ibu satu - satunya. Ibu ingin kamu bahagia." Ujar Bu Romlah sambil mengingat kejadian sebelum Intan menikah dengan Ricko.
"Ibu nggak usah khawatirin Intan. Intan baik - baik saja Bu..." Ujar Intan sambil tersenyum dan memeluk ibunya dari belakang. Meskipun Intan sering menangis gara - gara Ricko dan pernah di paksa Ricko berhubungan Intim untuk pertama kalinya, Intan tidak akan mengaduh pada orang tuanya. Sekarang Ricko adalah suaminya. Ia tidak mau orang tuanya membenci Ricko yang berakibat retaknya rumah tangga mereka.
Sore hari Ricko dan Intan pamit pulang ke rumah mereka kembali. Ibunya membawakan kue yang mereka buat tadi. Intan memotong dan menaruhnya di meja makan. Ricko memakannya.
"Ini enak. Kamu yang membuatnya?" Ujar Ricko setelah memakan kuenya.
"Ibu. Aku yang membantunya." Jawab Intan sambil memasak air hendak membuatkan Ricko kopi.
"Tapi kamu bisa membuatnya kan? Aku mau ini setiap hari." Tanya Ricko.
"Iya Mas. Oh iya mbak Stella mana ya? Dari tadi pagi nggak kelihatan. Apa dia sakit?" Tanya Intan dan hendak pergi ke kamarnya Stella.
"Dia sudah pergi. Sebelum kamu bangun tadi pagi aku sudah memecatnya." Ujar Ricko santai.
"Kenapa?" Tanya Intan ingin tahu.
"Aku tidak suka." Jawab Ricko.
"Baru juga kerja seminggu sudah di pecat. Mbak nya baik kok Mas. Kerjaannya juga beres." Ujar Intan sambil menyodorkan kopi di depan Ricko.
"Dia pernah kerja di rumahnya Reyhan. Temanku yang makan malam di rumah kemarin. Dia bilang Stella itu bukan orang baik. Reyhan pernah di goda di rumahnya. Aku pun juga merasa begitu. Sebelum itu terjadi dan kamu marah nggak jelas, aku memecatnya sekarang." Jelas Ricko santai lalu menyeruput kopinya.
"Oh gitu. Lalu siapa yang akan bersih - bersih rumah Mas?" Tanya Intan.
"Tentu saja kamu. Ini rumah kamu juga sekarang. Kamu bebas mengaturnya. Lagian akhir - akhir ini kamu kan nganggur di rumah. Ajak aja teman - teman kamu main kesini. Tapi nggak boleh teman laki - laki." Ujar Ricko.
"Iya Mas. Aku mau mandi dulu." Balas Intan lalu naik ke atas meninggalkan Ricko di meja makan.
"Ada apa Rick?" Tanya Pak Ramli sambil duduk di ruang tamunya. Ricko dan Intan pun ikut duduk disana.
"Saya mau mengadakan pesta pernikahan kami. Karena saya ingin semua orang tahu kalau kami sudah menikah. Lagian sebentar lagi Intan juga akan lulus sekolah Pak." Jawab Ricko.
"Ya terserah kamu saja Rick. Tapi bapak sarankan setelah Intan wisuda saja ya." Ujar Pak Ramli.
"Iya Pak." Balas Ricko.
Setelah berbincang - bincang dengan Pak Ramli, Ricko beristirahat di kamar Intan. Sedangkan Intan membantu ibunya di dapur yang kebetulan sedang membuat kue. Intan bisa memasak dan membuat kue di usianya yang masih muda karena ia selalu membantu ibunya di dapur. Dari situ ia belajar sehingga ketika ia sudah menikah dengan Ricko, Intan sudah bisa memasak layaknya istri pada umumnya.
"Ntan kamu bahagia kan menikah sama Ricko?" Tanya Bu Romlah saat mereka membuat kue di dapur.
"Iya Bu. Mas Ricko baik sama Intan." Jawab Intan. Meskipun kadang mereka bertengkar tapi Intan tidak mau memberi tahu ibunya.
"Ibu selalu merasa khawatir. Sebelum menikah kamu nangis terus. Ibu jadi ikut sedih Ntan. Kamu anak gadis ibu satu - satunya. Ibu ingin kamu bahagia." Ujar Bu Romlah sambil mengingat kejadian sebelum Intan menikah dengan Ricko.
"Ibu nggak usah khawatirin Intan. Intan baik - baik saja Bu..." Ujar Intan sambil tersenyum dan memeluk ibunya dari belakang. Meskipun Intan sering menangis gara - gara Ricko dan pernah di paksa Ricko berhubungan Intim untuk pertama kalinya, Intan tidak akan mengaduh pada orang tuanya. Sekarang Ricko adalah suaminya. Ia tidak mau orang tuanya membenci Ricko yang berakibat retaknya rumah tangga mereka.
Sore hari Ricko dan Intan pamit pulang ke rumah mereka kembali. Ibunya membawakan kue yang mereka buat tadi. Intan memotong dan menaruhnya di meja makan. Ricko memakannya.
"Ini enak. Kamu yang membuatnya?" Ujar Ricko setelah memakan kuenya.
"Ibu. Aku yang membantunya." Jawab Intan sambil memasak air hendak membuatkan Ricko kopi.
"Tapi kamu bisa membuatnya kan? Aku mau ini setiap hari." Tanya Ricko.
"Iya Mas. Oh iya mbak Stella mana ya? Dari tadi pagi nggak kelihatan. Apa dia sakit?" Tanya Intan dan hendak pergi ke kamarnya Stella.
"Dia sudah pergi. Sebelum kamu bangun tadi pagi aku sudah memecatnya." Ujar Ricko santai.
"Kenapa?" Tanya Intan ingin tahu.
"Aku tidak suka." Jawab Ricko.
"Baru juga kerja seminggu sudah di pecat. Mbak nya baik kok Mas. Kerjaannya juga beres." Ujar Intan sambil menyodorkan kopi di depan Ricko.
"Dia pernah kerja di rumahnya Reyhan. Temanku yang makan malam di rumah kemarin. Dia bilang Stella itu bukan orang baik. Reyhan pernah di goda di rumahnya. Aku pun juga merasa begitu. Sebelum itu terjadi dan kamu marah nggak jelas, aku memecatnya sekarang." Jelas Ricko santai lalu menyeruput kopinya.
"Oh gitu. Lalu siapa yang akan bersih - bersih rumah Mas?" Tanya Intan.
"Tentu saja kamu. Ini rumah kamu juga sekarang. Kamu bebas mengaturnya. Lagian akhir - akhir ini kamu kan nganggur di rumah. Ajak aja teman - teman kamu main kesini. Tapi nggak boleh teman laki - laki." Ujar Ricko.
"Iya Mas. Aku mau mandi dulu." Balas Intan lalu naik ke atas meninggalkan Ricko di meja makan.
You'll Also Like
-
All Beast Tamers: My beasts are all mythical!
Chapter 385 1 days ago -
Everyone has a golden finger, and I can copy
Chapter 379 1 days ago -
Pokémon: Rise of the Orange League
Chapter 294 1 days ago -
Zhan Shen: Mental illness? Please call me the God of Mystery!
Chapter 227 1 days ago -
Senior sister, please let me go. I still have seven fiancées.
Chapter 552 1 days ago -
I am in Naruto, and the system asks me to entrust the elves to someone?
Chapter 628 1 days ago -
As a blacksmith, it's not too much to wear a set of divine equipment.
Chapter 171 1 days ago -
Treasure Appraisal: I Can See the Future
Chapter 1419 1 days ago -
Immortality cultivation starts with planting techniques
Chapter 556 1 days ago -
The Lord of Ghost
Chapter 217 1 days ago