Di Paksa Menikah
Chapter 60 BAB 60
Pagi hari Intan membuka matanya lalu menggeliat dan menoleh ke samping ternyata Ricko sudah bangun dan memperhatikannya dari tadi sambil tersenyum.
"Ada apa?" Tanya Intan sambil memegangi wajahnya barangkali ada air liur mengalir di pipinya.
"Aku tidak menyangka semakin kesini permainan ranjang mu semakin liar. Aku kira kamu gadis polos yang tidak tahu apa - apa" jawab Ricko sambil tersenyum nakal. Seketika wajah Intan memerah menahan malu.
"Itu kan Mas Ricko yang mulai. Aku belajar dari sana." Balas Intan malu - malu lalu segera bangun dan hendak pergi ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.
"Tapi aku tidak pernah memakai gaya - gaya itu. Kamu belajar dari mana?" Tanya Ricko. Intan tidak menjawabnya dan segera masuk ke kamar mandi. Ia terlalu malu untuk mengakuinya. Ia akui kemarin ia memang menggila karena terlalu penasaran dengan adegan yang ada di video itu.
Selesai mandi Intan keluar kamar dan turun ke dapur untuk memasak. Sedangkan Ricko mandi dan berganti pakaian di kamarnya.
Setelah siap Ricko turun dengan tergesah - gesah karena tadi mendapat telpon dari mamanya kalau papanya masuk ruang ICU.
"Ayo ke rumah sakit!" Ajak Ricko sambil duduk di meja makan dan meminum kopinya yang sudah di siapkan Intan.
"Ada apa Mas?" Tanya Intan setelah mematikan kompornya.
"Papa masuk ruang ICU." Jawab Ricko.
"Sebentar Mas. Kita bawa bekal ya? Sayang masakannya kalo nggak di makan. Sekalian biar mama makan juga." Ujar Intan.
"Hmmm." Balas Ricko.
Setelah itu Intan dan Ricko berangkat ke rumah sakit bersama dengan membawa bekal. Karena perjalanan ke rumah sakit membutuhkan waktu tempuh kurang lebih dua jam. Intan memakan sarapannya di dalam mobil sambil menyuapi Ricko yang sedang mengemudi.
Sesampainya di rumah sakit Ricko melihat mamanya menangis di depan ruang ICU.
"Apa yang terjadi Ma?" Tanya Ricko pada mamanya.
"Tiba - tiba papamu nggak sadar Rick." Jelas mamanya sambil menangis.
"Mama tenang ya jangan menangis." Ujar Ricko sambil memeluk mamanya.
"Keluarga Pak Bambang?" Panggil perawat dari depan pintu ruang ICU.
"Ya saya." Sahut Ricko.
"Dokter mau berbicara. Silahkan ikut saya Pak." Balas perawat itu. Ricko pun berdiri dan mengikuti perawat itu ke ruang dokter yang menangani Pak Bambang.
Intan mendekati Bu Sofi dan menawarkan bekal yang ia bawa.
"Mama makan dulu ya? Biar nggak sakit juga." Ujar Intan. Bu Sofi pun mengangguk.
"Makasih Ntan. Papa nggak salah pilih menantu." Ujar Bu Sofi sambil meneteskan air matanya. Intan membalasnya dengan tersenyum lalu menyuapi Bu Sofi dengan bekal yang ia bawa.
'Mmmm enak. Pantesan Ricko tambah gemuk. Istrinya pinter masak." Batin Bu Sofi setelah makanan itu mendarat di dalam mulutnya.
Sementara itu Ricko sedang mendengarkan penjelasan dari dokter tentang keadaan Pak Bambang sekarang.
"Lalu bagaimana dok? Lakukan yang terbaik untuk papa saya" Ujar Ricko.
"Kami selalu melakukan yang terbaik untuk pasien kami Pak. Dukungan dan semangat keluarga juga perlu Pak." Balas dokter itu.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Ricko.
"Berikan semangat. Meskipun hanya berupa kata - kata. Asal itu membuatnya untuk bersemangat hidup. Itu sangat membantu." Jawab dokternya.
Saat Ricko sedang berbincang - bincang dengan dokter, seorang perawat datang memberitahukan bahwa Pak Bambang telah sadar. Dokter pun mengerti dan segera pergi untuk memeriksa Pak Bambang.
"Ada apa?" Tanya Intan sambil memegangi wajahnya barangkali ada air liur mengalir di pipinya.
"Aku tidak menyangka semakin kesini permainan ranjang mu semakin liar. Aku kira kamu gadis polos yang tidak tahu apa - apa" jawab Ricko sambil tersenyum nakal. Seketika wajah Intan memerah menahan malu.
"Itu kan Mas Ricko yang mulai. Aku belajar dari sana." Balas Intan malu - malu lalu segera bangun dan hendak pergi ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.
"Tapi aku tidak pernah memakai gaya - gaya itu. Kamu belajar dari mana?" Tanya Ricko. Intan tidak menjawabnya dan segera masuk ke kamar mandi. Ia terlalu malu untuk mengakuinya. Ia akui kemarin ia memang menggila karena terlalu penasaran dengan adegan yang ada di video itu.
Selesai mandi Intan keluar kamar dan turun ke dapur untuk memasak. Sedangkan Ricko mandi dan berganti pakaian di kamarnya.
Setelah siap Ricko turun dengan tergesah - gesah karena tadi mendapat telpon dari mamanya kalau papanya masuk ruang ICU.
"Ayo ke rumah sakit!" Ajak Ricko sambil duduk di meja makan dan meminum kopinya yang sudah di siapkan Intan.
"Ada apa Mas?" Tanya Intan setelah mematikan kompornya.
"Papa masuk ruang ICU." Jawab Ricko.
"Sebentar Mas. Kita bawa bekal ya? Sayang masakannya kalo nggak di makan. Sekalian biar mama makan juga." Ujar Intan.
"Hmmm." Balas Ricko.
Setelah itu Intan dan Ricko berangkat ke rumah sakit bersama dengan membawa bekal. Karena perjalanan ke rumah sakit membutuhkan waktu tempuh kurang lebih dua jam. Intan memakan sarapannya di dalam mobil sambil menyuapi Ricko yang sedang mengemudi.
Sesampainya di rumah sakit Ricko melihat mamanya menangis di depan ruang ICU.
"Apa yang terjadi Ma?" Tanya Ricko pada mamanya.
"Tiba - tiba papamu nggak sadar Rick." Jelas mamanya sambil menangis.
"Mama tenang ya jangan menangis." Ujar Ricko sambil memeluk mamanya.
"Keluarga Pak Bambang?" Panggil perawat dari depan pintu ruang ICU.
"Ya saya." Sahut Ricko.
"Dokter mau berbicara. Silahkan ikut saya Pak." Balas perawat itu. Ricko pun berdiri dan mengikuti perawat itu ke ruang dokter yang menangani Pak Bambang.
Intan mendekati Bu Sofi dan menawarkan bekal yang ia bawa.
"Mama makan dulu ya? Biar nggak sakit juga." Ujar Intan. Bu Sofi pun mengangguk.
"Makasih Ntan. Papa nggak salah pilih menantu." Ujar Bu Sofi sambil meneteskan air matanya. Intan membalasnya dengan tersenyum lalu menyuapi Bu Sofi dengan bekal yang ia bawa.
'Mmmm enak. Pantesan Ricko tambah gemuk. Istrinya pinter masak." Batin Bu Sofi setelah makanan itu mendarat di dalam mulutnya.
Sementara itu Ricko sedang mendengarkan penjelasan dari dokter tentang keadaan Pak Bambang sekarang.
"Lalu bagaimana dok? Lakukan yang terbaik untuk papa saya" Ujar Ricko.
"Kami selalu melakukan yang terbaik untuk pasien kami Pak. Dukungan dan semangat keluarga juga perlu Pak." Balas dokter itu.
"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Ricko.
"Berikan semangat. Meskipun hanya berupa kata - kata. Asal itu membuatnya untuk bersemangat hidup. Itu sangat membantu." Jawab dokternya.
Saat Ricko sedang berbincang - bincang dengan dokter, seorang perawat datang memberitahukan bahwa Pak Bambang telah sadar. Dokter pun mengerti dan segera pergi untuk memeriksa Pak Bambang.
You'll Also Like
-
Weird Star Witch
Chapter 826 1 hours ago -
Villains of All Worlds: Starting with the Beautiful Vampire Bride
Chapter 135 4 hours ago -
Infinite entries? I become the Zerg Scourge!
Chapter 81 4 hours ago -
End of the World: The materials consumed by women are returned ten thousand times
Chapter 160 4 hours ago -
I'm in Marvel
Chapter 139 4 hours ago -
Family Rise: Start with Daily Intelligence
Chapter 260 6 hours ago -
Dantian has a little field
Chapter 333 6 hours ago -
Evil Path to Longevity, Start with Moving Blood and Bones
Chapter 572 6 hours ago -
My perfect apocalyptic life
Chapter 325 6 hours ago -
Destiny Villain: I can check the script of my life!
Chapter 662 6 hours ago