Di Paksa Menikah
Chapter 82 BAB 82
Sita yang mendengar keributan di luar jendelanya jadi terbangun dari tidurnya. Kebetulan balkon kamar Sita menghadap ke halaman belakang. Ia pun bangun menuju balkon.
"Ada apa sih berisik banget?" Tanya Sita sambil menggaruk - garuk kepalanya.
"Istrinya Mas Ricko minta mangga Mbak..." Jawab Bi Sumi.
"Ayo bikin rujak mangga Mbak Sita!" Ajak Intan.
"Oke juga. Bentar aku turun kebawah." Balas Sita lalu kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Setelah itu turun ke bawah.
Intan dan Bi Sumi segera masuk ke dapur. Kang Tedjo kembali ke depan menjaga pos. Bi Sumi membuat bumbu, sedangkan Intan yang mengupas mangganya. Saat Sita turun semuanya sudah siap. Intan dan Sita pun menikmati rujak mangga di meja makan.
"Mmmm asem banget..." Gumam Sita sambil nyengir - nyengir.
"Enak kok. Seger banget!" Balas Intan sambil memasukkan irisan buah mangga muda ke mulutnya. Bi Sumi yang hanya melihat saja air liurnya ikut mengalir.
'Ini doyan apa ngidam? Asem gitu dia enak banget makannya.' Batin Bi Sumi sambil nyengir - nyengir bayangin rasa asamnya mangga muda.
Setelah menghabiskan rujak mangga mudanya, Intan naik ke atas untuk tidur siang. Semenjak liburan sekolah, Intan tidak ada kegiatan. Sehingga ia bawaannya ngantuk mulu.
Sore hari Ricko keluar dari perusahaan seperti biasanya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah orang tuanya dimana Intan berada. Ia tidak curiga sama sekali kalau sedang di ikuti seseorang di belakangnya. Karena orang itu mengendarai motor sehingga tidak terlalu mencurigakan.
Sesampainya di rumah Pak Bambang, Ricko segera masuk untuk menemui Intan. Saat Ricko memasuki kamar, Intan masih tertidur lelap. Ricko pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Intan karena merasa lelah.
Tiba - tiba Intan mengernyitkan dahinya dan terbangun. Ia merasa mual dan ingin muntah. Ia pun bangun dan masuk ke dalam kamar mandi sambil memegangi perutnya.
"Kenapa masih muntah - muntah lagi? Apa maboknya belum sembuh? Tapi dia memang belum minum obat sama sekali." Gumam Ricko lalu menyusul Intan ke kamar mandi.
"Kamu ini mabok, sakit, apa hamil?" Tanya Ricko saat Intan sudah selesai muntah dan mengelap bibirnya dengan tissue. Intan berjalan keluar kamar mandi melewati Ricko.
"Aku belum makan siang. Tadi siang hanya makan rujak mangga muda. Mungkin asam lambungku naik sekarang." Jawab Intan sambil berjalan lalu duduk di tepi tempat tidur.
"Mau pulang sekarang?" Tanya Ricko. Intan mengangguk kan kepalanya.
Setelah itu Ricko dan Intan turun untuk berpamitan dengan Sita yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
"Sering - sering main kesini ya Kak?" Ujar Sita sambil tersenyum.
"Iya Mbak..." Jawab Intan sambil tersenyum juga.
Setelah berpamitan dengan Sita, Intan dan Ricko naik ke dalam mobil tidak lupa membawa sisa mangga muda yang di petik Kang Tedjo tadi karena di rumah itu tidak ada yang mau memakannya.
"Kenapa masih dibawa kalau itu membuatmu muntah?" Tanya Ricko sambil memasang sabuk pengaman.
"Habisnya enak Mas. Mas Ricko harus nyobain. Nanti aku bikinin di rumah ya?" Jawab Intan tersenyum senang.
"Aku tidak mau. Itu sangat muda sekali. Pasti rasanya sangat asam." Balas Ricko sambil mengemudikan mobilnya keluar halaman rumah Pak Bambang.
Tanpa Ricko sadari motor yang mengikutinya sejak dari perusahaan tadi mengikutinya lagi.
"Ada apa sih berisik banget?" Tanya Sita sambil menggaruk - garuk kepalanya.
"Istrinya Mas Ricko minta mangga Mbak..." Jawab Bi Sumi.
"Ayo bikin rujak mangga Mbak Sita!" Ajak Intan.
"Oke juga. Bentar aku turun kebawah." Balas Sita lalu kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Setelah itu turun ke bawah.
Intan dan Bi Sumi segera masuk ke dapur. Kang Tedjo kembali ke depan menjaga pos. Bi Sumi membuat bumbu, sedangkan Intan yang mengupas mangganya. Saat Sita turun semuanya sudah siap. Intan dan Sita pun menikmati rujak mangga di meja makan.
"Mmmm asem banget..." Gumam Sita sambil nyengir - nyengir.
"Enak kok. Seger banget!" Balas Intan sambil memasukkan irisan buah mangga muda ke mulutnya. Bi Sumi yang hanya melihat saja air liurnya ikut mengalir.
'Ini doyan apa ngidam? Asem gitu dia enak banget makannya.' Batin Bi Sumi sambil nyengir - nyengir bayangin rasa asamnya mangga muda.
Setelah menghabiskan rujak mangga mudanya, Intan naik ke atas untuk tidur siang. Semenjak liburan sekolah, Intan tidak ada kegiatan. Sehingga ia bawaannya ngantuk mulu.
Sore hari Ricko keluar dari perusahaan seperti biasanya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah orang tuanya dimana Intan berada. Ia tidak curiga sama sekali kalau sedang di ikuti seseorang di belakangnya. Karena orang itu mengendarai motor sehingga tidak terlalu mencurigakan.
Sesampainya di rumah Pak Bambang, Ricko segera masuk untuk menemui Intan. Saat Ricko memasuki kamar, Intan masih tertidur lelap. Ricko pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Intan karena merasa lelah.
Tiba - tiba Intan mengernyitkan dahinya dan terbangun. Ia merasa mual dan ingin muntah. Ia pun bangun dan masuk ke dalam kamar mandi sambil memegangi perutnya.
"Kenapa masih muntah - muntah lagi? Apa maboknya belum sembuh? Tapi dia memang belum minum obat sama sekali." Gumam Ricko lalu menyusul Intan ke kamar mandi.
"Kamu ini mabok, sakit, apa hamil?" Tanya Ricko saat Intan sudah selesai muntah dan mengelap bibirnya dengan tissue. Intan berjalan keluar kamar mandi melewati Ricko.
"Aku belum makan siang. Tadi siang hanya makan rujak mangga muda. Mungkin asam lambungku naik sekarang." Jawab Intan sambil berjalan lalu duduk di tepi tempat tidur.
"Mau pulang sekarang?" Tanya Ricko. Intan mengangguk kan kepalanya.
Setelah itu Ricko dan Intan turun untuk berpamitan dengan Sita yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
"Sering - sering main kesini ya Kak?" Ujar Sita sambil tersenyum.
"Iya Mbak..." Jawab Intan sambil tersenyum juga.
Setelah berpamitan dengan Sita, Intan dan Ricko naik ke dalam mobil tidak lupa membawa sisa mangga muda yang di petik Kang Tedjo tadi karena di rumah itu tidak ada yang mau memakannya.
"Kenapa masih dibawa kalau itu membuatmu muntah?" Tanya Ricko sambil memasang sabuk pengaman.
"Habisnya enak Mas. Mas Ricko harus nyobain. Nanti aku bikinin di rumah ya?" Jawab Intan tersenyum senang.
"Aku tidak mau. Itu sangat muda sekali. Pasti rasanya sangat asam." Balas Ricko sambil mengemudikan mobilnya keluar halaman rumah Pak Bambang.
Tanpa Ricko sadari motor yang mengikutinya sejak dari perusahaan tadi mengikutinya lagi.
You'll Also Like
-
Foundation: Starting from American comics! Exposure and advent
Chapter 218 16 hours ago -
Let’s start with a list of Doraemon’s top ten tear-jerking moments!
Chapter 205 16 hours ago -
All people: I! Destiny Walker, blessed by the Ten Star Gods
Chapter 116 16 hours ago -
President Su Xiong’s son, Million Red Alert opens S3
Chapter 59 16 hours ago -
Bengtie: Encountering Huangquan, I can get the entry
Chapter 70 16 hours ago -
Super God: Mysterious Resurrection, My Ghost Controlling Skills Are Exposed!
Chapter 123 16 hours ago -
Zongman: The villain of the Snow House
Chapter 65 16 hours ago -
Anime chat group: Two-dimensional heroines fight for me
Chapter 94 16 hours ago -
Zongman: My biological mother, Yakumo Yukari, joins the chat group
Chapter 80 1 days ago -
Fairy: Anomaly Invasion, I Expose the Foundation
Chapter 174 1 days ago