Di Paksa Menikah
Chapter 92 BAB 92
Setelah masuk ke lobby rumah sakit, Ricko menyuruh Intan duduk di kursi tunggu, sedangkan ia mengambil nomor antrian di komputer. Di layar komputer Ricko memilih medical check up lalu mengeklik tombol OK. Setelah itu keluarlah nomor antrian yang menunjukkan angka 15. Ricko mengambilnya lalu duduk di samping Intan.
Intan merasa sangat gugup. Tangannya terasa dingin karena ketakutan. Ricko melihat kekhawatiran Intan itu. Ia pun memegang tangan Intan untuk menenangkannya.
"Jangan takut. Kalau pun nanti kamu dinyatakan sakit parah, aku akan berusaha menyembuhkanmu. Aku akan mencari dokter terhebat di seluruh dunia ini untukmu." Hibur Ricko sambil tersenyum memandang Intan.
"Makasih Mas..." Ujar Intan lalu memonyongkan bibirnya hendak mencium pipi Ricko.
"Eh mau ngapain? Ini di tempat umum. Nanti saja di rumah sekalian lanjut kuda - kudaan." Ujar Ricko sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum nakal.
"Apaan sih Mas... pikiran kamu selalu saja menjurus kesana." Balas Intan sambil cemberut.
20 menit kemudian, nomor Antrian Intan di panggil untuk melakukan pendaftaran. Intan berdiri dan kemudian duduk di meja pendaftaran.
"Di isi dulu ya Mbak formulirnya..." Ucap pegawai yang melayani Intan di meja pendaftaran.
Intan pun mengisi nama, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan, serta alamat ia tinggal.
"Keluhannya apa Mbak?" Tanya pegawai rumah sakit itu pada Intan.
"Mmmm mual dan muntah Mbak. Apalagi kalo dekat dengan suami rasanya mual buanget." Jawab Intan.
"Sudah berapa lama?" Tanya pegawai itu lagi.
"Kurang lebih semingguan ini Mbak." Jawab Intan lagi.
"Kapan hari pertama menstruasi terakhirnya Mbak?" Tanya pegawai wanita itu lagi.
"Lupa Mbak, pokoknya minggu ini harusnya sudah menstruasi lagi." Jawab Intan.
"Kalau begitu saya alihkan ke poli kandungan saja ya Mbak, dari yang saya lihat dari keluhannya sepertinya Mbak Intan sedang hamil. Untuk memastikannya biar nanti di periksa dokter dulu." Ujar pegawai rumah sakit pada Intan.
"Iya Mbak." Jawab Intan pasrah.
Setelah membayar uang pendaftaran, Intan menarik tangan Ricko ke ruangan dimana poli kandungan berada. Intan menyerahkan lembar pendaftaran pada perawat di depan pintu poli lalu duduk di kursi tunggu seperti pasien yang lain.
Ricko membaca tulisan di depan pintu poli yang bertuliskan "POLI KANDUNGAN DAN GINEKOLOGI". Ia pun merasa bingung, karena tadi ia mengambil nomor antrian untuk medical check up.
"Kenapa kesini? Kamu hamil?" Tanya Ricko pada Intan.
"Kata Mbak yang di depan tadi di suruh kesini. Mungkin pemeriksaannya di mulai dari sini dulu Mas..." Jawab Intan. Ricko pun mengangguk mengerti.
Tidak berapa lama ponsel Ricko berdering. Ricko pun mengeluarkannya dari saku dan melihat ID pemanggil lalu menjauh dari keramaian.
Ricko : "Hallo, ada apa?"
Romi : "Kenapa belum datang ke kantor?"
Ricko : "Aku mengantar Intan ke rumah sakit. Tolong handle perusahaan hari ini seperti biasa ya? Laporannya aku tunggu di e-mail."
Romi : "Okey. Intan sakit?"
Ricko : "Mungkin. Setiap hari dia mual muntah terus. Aku merasa kasihan. Jadi aku antar dia periksa."
Romi : "Oh seperti itu. Okey semoga cepat sembuh"
Setelah memutuskan panggilan telpon dengan Romi. Ricko kembali ke kursinya.
"Masih lama ya?" Tanya Ricko pada Intan.
"Yaiyalah Mas... kamu nggak lihat berapa banyak ibu - ibu hamil yang duduk disini sebelum kita datang?" Ujar Intan kesal.
"Ya ya aku melihatnya tapi tidak menghitungnya." Jawab Ricko.
Intan merasa sangat gugup. Tangannya terasa dingin karena ketakutan. Ricko melihat kekhawatiran Intan itu. Ia pun memegang tangan Intan untuk menenangkannya.
"Jangan takut. Kalau pun nanti kamu dinyatakan sakit parah, aku akan berusaha menyembuhkanmu. Aku akan mencari dokter terhebat di seluruh dunia ini untukmu." Hibur Ricko sambil tersenyum memandang Intan.
"Makasih Mas..." Ujar Intan lalu memonyongkan bibirnya hendak mencium pipi Ricko.
"Eh mau ngapain? Ini di tempat umum. Nanti saja di rumah sekalian lanjut kuda - kudaan." Ujar Ricko sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum nakal.
"Apaan sih Mas... pikiran kamu selalu saja menjurus kesana." Balas Intan sambil cemberut.
20 menit kemudian, nomor Antrian Intan di panggil untuk melakukan pendaftaran. Intan berdiri dan kemudian duduk di meja pendaftaran.
"Di isi dulu ya Mbak formulirnya..." Ucap pegawai yang melayani Intan di meja pendaftaran.
Intan pun mengisi nama, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan, serta alamat ia tinggal.
"Keluhannya apa Mbak?" Tanya pegawai rumah sakit itu pada Intan.
"Mmmm mual dan muntah Mbak. Apalagi kalo dekat dengan suami rasanya mual buanget." Jawab Intan.
"Sudah berapa lama?" Tanya pegawai itu lagi.
"Kurang lebih semingguan ini Mbak." Jawab Intan lagi.
"Kapan hari pertama menstruasi terakhirnya Mbak?" Tanya pegawai wanita itu lagi.
"Lupa Mbak, pokoknya minggu ini harusnya sudah menstruasi lagi." Jawab Intan.
"Kalau begitu saya alihkan ke poli kandungan saja ya Mbak, dari yang saya lihat dari keluhannya sepertinya Mbak Intan sedang hamil. Untuk memastikannya biar nanti di periksa dokter dulu." Ujar pegawai rumah sakit pada Intan.
"Iya Mbak." Jawab Intan pasrah.
Setelah membayar uang pendaftaran, Intan menarik tangan Ricko ke ruangan dimana poli kandungan berada. Intan menyerahkan lembar pendaftaran pada perawat di depan pintu poli lalu duduk di kursi tunggu seperti pasien yang lain.
Ricko membaca tulisan di depan pintu poli yang bertuliskan "POLI KANDUNGAN DAN GINEKOLOGI". Ia pun merasa bingung, karena tadi ia mengambil nomor antrian untuk medical check up.
"Kenapa kesini? Kamu hamil?" Tanya Ricko pada Intan.
"Kata Mbak yang di depan tadi di suruh kesini. Mungkin pemeriksaannya di mulai dari sini dulu Mas..." Jawab Intan. Ricko pun mengangguk mengerti.
Tidak berapa lama ponsel Ricko berdering. Ricko pun mengeluarkannya dari saku dan melihat ID pemanggil lalu menjauh dari keramaian.
Ricko : "Hallo, ada apa?"
Romi : "Kenapa belum datang ke kantor?"
Ricko : "Aku mengantar Intan ke rumah sakit. Tolong handle perusahaan hari ini seperti biasa ya? Laporannya aku tunggu di e-mail."
Romi : "Okey. Intan sakit?"
Ricko : "Mungkin. Setiap hari dia mual muntah terus. Aku merasa kasihan. Jadi aku antar dia periksa."
Romi : "Oh seperti itu. Okey semoga cepat sembuh"
Setelah memutuskan panggilan telpon dengan Romi. Ricko kembali ke kursinya.
"Masih lama ya?" Tanya Ricko pada Intan.
"Yaiyalah Mas... kamu nggak lihat berapa banyak ibu - ibu hamil yang duduk disini sebelum kita datang?" Ujar Intan kesal.
"Ya ya aku melihatnya tapi tidak menghitungnya." Jawab Ricko.
You'll Also Like
-
Three Kingdoms: How did a cube-like person like me become a god?
Chapter 78 2 hours ago -
Collapse Iron: Infinite Dragon Beast, invited to join the Immortal Boat
Chapter 120 2 hours ago -
Konoha: Harem chat group, I can make up the future
Chapter 60 2 hours ago -
Man sailing: All the monsters of the old times are on my ship
Chapter 78 2 hours ago -
Food: I became Erina’s food demon at the beginning
Chapter 314 2 hours ago -
Review of the exposed Saiyans: Shocking Collapse of Iron Zone Zero
Chapter 68 2 hours ago -
Collapse: Secret authority exposed, I play against the Star God
Chapter 102 2 hours ago -
Zongman: I was loved by Esdeath in my female attire
Chapter 121 2 hours ago -
I Am the Fated Villain
Chapter 2504 19 hours ago -
Divine System of the Strongest Card Supplier in the End Times (Doomsday Strongest Cards Supplier)
Chapter 4241 19 hours ago