Istri Manja Tuan Kusuma
Chapter 162 Berusaha mengembalikan cahaya yang redup
Hari ini adalah hari dimana pemakaman kakek Surya dilangsungkan. Suasana duka begitu kental terasa menyelimuti disaat pemakaman. Banyak rekan dari kakek Surya yang mengantar kepergian sang mantan pebisnis sukses itu ke peristirahatan terakhirnya.
Terlihat pula Gadis, Dirga, Wijaya dan Julia di tempat pemakaman. Mereka langsung terbang dari kediaman Sanjaya ke negara A setelah Yudha mengabari mereka.
" Ayah, terimakasih karena ayah telah merawat Gina. Terimakasih juga karena ayah selalu baik terhadap ku. Selamat jalan ayah, semoga ayah mendapatkan ketenangan disana"
Gumam Gadis di depam pusara mantan ayah mertuanya , ia juga tak henti - hentinya menghapus air mata yang terus mengalir membasahi wajah cantiknya
Kesedihan juga nampak jelas di wajah Gina juga ayahnya. Yudha terus berada di samping sang istri, menopang tubuhnya agar tidak terjatuh karena lemah..
Air mata tak henti - hentinya membasahi wajah cantik Gina. Dalam dekapan sang suami ia terus terisak dalam tangisnya.
" Kakek,,, jangan tinggalkan aku. Aku sayang kakek,,, "
Bruk,,,
Tiba - tiba Gina kehilangan kesadarannya. Dia terjatuh, lemah dalam dekapan sang suami
" Sayang,,, sayang,,, "
Yudha memukul pelan pipi sang istri untuk menyadarkannya, kemudian ia langsung menggendongnya meninggalkan pemakaman sang kakek untuk langsung pulang ke rumah
Hati Yudha pun ikut sedih. Meski hanya sebentar tapi dia mengingat jelas kenangan bersama kakek Surya. Hatinya terasa semakin hancur kala melihat istri yang dicintainya begitu terpuruk tak berdaya atas kepergian sang kakek yang sangat disayanginya.
Beberapa hari telah berlalu. Gina masih murung dan bersedih atas kepergian sang kakek. Dia terus berdiam diri dan jarang sekali berbicara.
Bahkan dia yang biasa manja dan perhatian kapada Yudha. Kini menjadi Gina yang dingin dan minim ekspresi. Dia lebih sering berdiam diri dikamar atau balkon setelah mengurusi anak - anaknya. Yudha tak sanggup lagi melihatnya seperti itu.
" Sayang,, ayo kita keluar sebentar! "
Yudha menghampiri sang istri, dia berusaha keras menghibur pujaan hatinya yang sedang rapuh
" Mau kemana? Ini sudah malam.. Kalau anak - anak bangun, bagaimana? "
" Tidak apa, kita hanya keluar sebentar , lagi pula ada pengasuh yang menjaga mereka. Hanya sebentar saja! "
" Baiklah! "
Setelah berpikir untuk beberapa lama, akhirnya Gina mengangguk setuju untuk pergi bersama Yudha. Dia mengambil jaket dan Yudha membantu memakaikannya. Kemudian mereka berjalan kedepan menuju mobil yang sudah terparkir disana. Yudha tidak membawa sopir kali ini, dia memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri.
" Memangnya kita mau pergi kemana? "
Terlihat wajah penasaran Gina yang entah akan dibawa kemana dia malam ini
" Kamu sabar saja, tempatnya tidak terlalu jauh! "
Gina terus memperhatikan sekeliling. Jalanan masih dilewati banyak mobil, meskipun tidak sepadat siang hari, tapi masih banyak mobil yang melintas. Sepanjang jalan dihiasi lampu jalan yang berdiri dengan jarak beberapa meter dari satu dan lainnya.
Perlahan jalanan mulai memasuki tempat sepi. Jalan yang menanjak menunjukkan jika mereka pergi ke tempat yang lebih tinggi.
Gina yang terus memperhatikan sekeliling akhirnya bertanya lagi
" Bukankah ini jalan menuju perbukitan? Untuk apa kita kesana? "
Yudha hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun
Setelah beberapa lama, akhirnya mereka tiba di atas bukit dan memarkirkan mobil. Yudha keluar lebih dulu dan berjalan ke arah pintu satunya untuk membantu Gina membukakan pintu mobil
" Keluarlah! Kita sudah sampai! "Yudha mengulurkan tangan untuk membantu sang istri turun
" Lihatlah pemandangan disini, bukankah ini begitu cantik? "
Dia Membawa Gina ke tepian bukit dan melihat keindahan kota dimalam hari. Yudha berdiri dibelakang Gina sambil memeluk Gina dari belakang
" Lihatlah, dilangit banyak bintang yang bertaburan, dari bawah juga terlihat lampu - lampu yang menerangi kota bagaikan bintang
Jika bintang tidak ada, masih ada lampu di kota yang terlihat seperti bintang. Jika lampu kota mati. Masih ada bintang dilangit yang berkilauan. Tapi jika semua lampu mati dan bintang tertutup awan, akankah disini terlihat indah?
Sayang, aku tahu kamu bersedih atas kepergian kakek, tapi kamu memiliki yang lain di sekelilingmu. Jika kamu terus bersedih, maka yang lain pun akan ikut bersedih. Termasuk kakek. Kakek menginginkan kebahagiaan mu, Apa jadinya jika dia melihatmu bersedih degitu lama?
Kamu adalah penerang untuk orang - orang di sekitarmu. Jangan biarkan cahaya disekitarmu ikut meredup karena melihat kamu larut dalam kesedihan. Kami tahu kamu sedang berduka, tapi apa kamu lupa apa pesan kakek sebelum dia meninggal?
Dia ingin kamu selalu tersenyum bahagia.
Ikhlaskanlah kakek, biarkan dia pergi dengan tenang. Kembalikan cahaya terang disekitarmu lagi. Aku, anak - anak kita, ibu, kakek dan nenek kita. Semua membutuhkan mu. Kami tidak bisa melihatmu terus bersedih. Kami pun ikut bersedih karenanya "
Yudha mendekapnya erat, tanpa terasa air mata pun sudah mengalir deras si pipi Gina. Dia tersadar jika setelah kepergian kakek dia telah melupakan semuanya. Tanpa sadar ia terkurung dalam kesedihannya sendiri. Tanpa memikirkan orang di sekitarnya
Terlihat pula Gadis, Dirga, Wijaya dan Julia di tempat pemakaman. Mereka langsung terbang dari kediaman Sanjaya ke negara A setelah Yudha mengabari mereka.
" Ayah, terimakasih karena ayah telah merawat Gina. Terimakasih juga karena ayah selalu baik terhadap ku. Selamat jalan ayah, semoga ayah mendapatkan ketenangan disana"
Gumam Gadis di depam pusara mantan ayah mertuanya , ia juga tak henti - hentinya menghapus air mata yang terus mengalir membasahi wajah cantiknya
Kesedihan juga nampak jelas di wajah Gina juga ayahnya. Yudha terus berada di samping sang istri, menopang tubuhnya agar tidak terjatuh karena lemah..
Air mata tak henti - hentinya membasahi wajah cantik Gina. Dalam dekapan sang suami ia terus terisak dalam tangisnya.
" Kakek,,, jangan tinggalkan aku. Aku sayang kakek,,, "
Bruk,,,
Tiba - tiba Gina kehilangan kesadarannya. Dia terjatuh, lemah dalam dekapan sang suami
" Sayang,,, sayang,,, "
Yudha memukul pelan pipi sang istri untuk menyadarkannya, kemudian ia langsung menggendongnya meninggalkan pemakaman sang kakek untuk langsung pulang ke rumah
Hati Yudha pun ikut sedih. Meski hanya sebentar tapi dia mengingat jelas kenangan bersama kakek Surya. Hatinya terasa semakin hancur kala melihat istri yang dicintainya begitu terpuruk tak berdaya atas kepergian sang kakek yang sangat disayanginya.
Beberapa hari telah berlalu. Gina masih murung dan bersedih atas kepergian sang kakek. Dia terus berdiam diri dan jarang sekali berbicara.
Bahkan dia yang biasa manja dan perhatian kapada Yudha. Kini menjadi Gina yang dingin dan minim ekspresi. Dia lebih sering berdiam diri dikamar atau balkon setelah mengurusi anak - anaknya. Yudha tak sanggup lagi melihatnya seperti itu.
" Sayang,, ayo kita keluar sebentar! "
Yudha menghampiri sang istri, dia berusaha keras menghibur pujaan hatinya yang sedang rapuh
" Mau kemana? Ini sudah malam.. Kalau anak - anak bangun, bagaimana? "
" Tidak apa, kita hanya keluar sebentar , lagi pula ada pengasuh yang menjaga mereka. Hanya sebentar saja! "
" Baiklah! "
Setelah berpikir untuk beberapa lama, akhirnya Gina mengangguk setuju untuk pergi bersama Yudha. Dia mengambil jaket dan Yudha membantu memakaikannya. Kemudian mereka berjalan kedepan menuju mobil yang sudah terparkir disana. Yudha tidak membawa sopir kali ini, dia memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri.
" Memangnya kita mau pergi kemana? "
Terlihat wajah penasaran Gina yang entah akan dibawa kemana dia malam ini
" Kamu sabar saja, tempatnya tidak terlalu jauh! "
Gina terus memperhatikan sekeliling. Jalanan masih dilewati banyak mobil, meskipun tidak sepadat siang hari, tapi masih banyak mobil yang melintas. Sepanjang jalan dihiasi lampu jalan yang berdiri dengan jarak beberapa meter dari satu dan lainnya.
Perlahan jalanan mulai memasuki tempat sepi. Jalan yang menanjak menunjukkan jika mereka pergi ke tempat yang lebih tinggi.
Gina yang terus memperhatikan sekeliling akhirnya bertanya lagi
" Bukankah ini jalan menuju perbukitan? Untuk apa kita kesana? "
Yudha hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun
Setelah beberapa lama, akhirnya mereka tiba di atas bukit dan memarkirkan mobil. Yudha keluar lebih dulu dan berjalan ke arah pintu satunya untuk membantu Gina membukakan pintu mobil
" Keluarlah! Kita sudah sampai! "Yudha mengulurkan tangan untuk membantu sang istri turun
" Lihatlah pemandangan disini, bukankah ini begitu cantik? "
Dia Membawa Gina ke tepian bukit dan melihat keindahan kota dimalam hari. Yudha berdiri dibelakang Gina sambil memeluk Gina dari belakang
" Lihatlah, dilangit banyak bintang yang bertaburan, dari bawah juga terlihat lampu - lampu yang menerangi kota bagaikan bintang
Jika bintang tidak ada, masih ada lampu di kota yang terlihat seperti bintang. Jika lampu kota mati. Masih ada bintang dilangit yang berkilauan. Tapi jika semua lampu mati dan bintang tertutup awan, akankah disini terlihat indah?
Sayang, aku tahu kamu bersedih atas kepergian kakek, tapi kamu memiliki yang lain di sekelilingmu. Jika kamu terus bersedih, maka yang lain pun akan ikut bersedih. Termasuk kakek. Kakek menginginkan kebahagiaan mu, Apa jadinya jika dia melihatmu bersedih degitu lama?
Kamu adalah penerang untuk orang - orang di sekitarmu. Jangan biarkan cahaya disekitarmu ikut meredup karena melihat kamu larut dalam kesedihan. Kami tahu kamu sedang berduka, tapi apa kamu lupa apa pesan kakek sebelum dia meninggal?
Dia ingin kamu selalu tersenyum bahagia.
Ikhlaskanlah kakek, biarkan dia pergi dengan tenang. Kembalikan cahaya terang disekitarmu lagi. Aku, anak - anak kita, ibu, kakek dan nenek kita. Semua membutuhkan mu. Kami tidak bisa melihatmu terus bersedih. Kami pun ikut bersedih karenanya "
Yudha mendekapnya erat, tanpa terasa air mata pun sudah mengalir deras si pipi Gina. Dia tersadar jika setelah kepergian kakek dia telah melupakan semuanya. Tanpa sadar ia terkurung dalam kesedihannya sendiri. Tanpa memikirkan orang di sekitarnya
You'll Also Like
-
Fairy tale: Little Red Riding Hood's wolf mentor
Chapter 209 23 hours ago -
Naruto: Uchiha is not the Raikage!
Chapter 139 23 hours ago -
Mount and Blade System: Start from Pioneer Lords
Chapter 319 1 days ago -
Myth Card Supplier: Nezha the Third Prince
Chapter 551 1 days ago -
Gensokyo Detective, but surrounded by Shura Field
Chapter 287 1 days ago -
Refining Oneself Into A Corpse
Chapter 24 1 days ago -
Mortal Mirror
Chapter 508 1 days ago -
Online Game: I Am The God Of Wealth, What's Wrong With My Pet Having Hundreds Of Millions Of Po
Chapter 513 1 days ago -
Help! I changed the gender of the male protagonist in the yandere game
Chapter 91 2 days ago -
The Goddess Brings The Baby To The House, Awakening The Daddy System!
Chapter 368 2 days ago