Istri Manja Tuan Kusuma
Chapter 96 Model gangguan mental
Riko segera memanggil dokter ketika dia tiba dikamar Siska. Dokter pun datang dan memeriksanya. Setelah melakukan pemeriksaan akhirnya dokter menemukan hasilnya
" Nona Siska terlalu terpukul dengan keadaannya. Dia tidak bisa menerima semua yang dialami secara bersamaan. Ini mengakibatkan dia mengalami sedikit gangguan pada mentalnya "
Dokter menjelaskan dengan begitu rinci dan hati - hati.
Riko menoleh ke arah Siska sembari mendengarkan penuturan dokter. Dia terkejut, tidak bisa percaya dengan ini.
" Siska mengalami gangguan mental? "
Gumamnya masih tidak percaya
" Kalau begitu saya permisi dulu. Saya masih harus memeriksa pasien lain "
Perkataan dokter menyadarkan Riko dari lamunannya
" Ach iya dok, terima kasih "
Riko menjawab dengan panik. Dia menganggukkan kepala dan menyalami tangan sang dokter
" Aku harus menghubungi ayah Budi! "
" Halo ayah,,, "
Riko langsung menyapa setelah tersambung dengan ponsel mertuanya
" Bisakah ayah datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Siska? "
" Apakah terjadi sesuatu dengan Siska? "
Suara Budi terdengar khawatir
" Sebaiknya ayah datang kesini. Aku tidak bisa mengatakan ini melalui telepon "
"Baiklah, aku akan segera kesana. Apakah ibu mertuamu sudah siuman? "
" Belum ayah, kondisi ibu masih kritis "
" Ya sudah, aku bergegas kesana sekarang juga! "
" Baik ayah, hati - hati dijalan! "
Riko langsung menutup sambungan teleponnya.
Tak berselang lama. Terlihat Budi datang bersama Arin dengan berjalan tergesa - gesa. Mereka langsung menemui Riko
" Riko, bagaimana keadaan Siska? "
Tanya Arin begitu mendekat
" Dia,,, dia,,, "
Riko terbata - bata tidak tahu harus bagaimana mengatakannya
" Apa yang terjadi dengannya?
Cepatlah katakan yang sebenarnya pada kami! "
Kata Budi mendesak
" Sebaiknya ayah dan nenek lihat sendiri keadaannya di dalam! "
Riko mempersilakan nenek da ayah mertuanya masuk ke ruang rawat Siska.
Disana terlihat Siska sedang duduk di ranjang pasien. Dia duduk menggoyangkan badan ke depan dan belakang. Dengan tatapan mata yang kosong.
" Siska bagaimana kabar mu? Nenek dan ayahmu datang kesini menjenguk mu sayang! " Arin mendekati Siska dan bertanya dengan lembut
Siska mengangkat kepala, menatap wajah sang nenek kemudian mengernyitkan alis dan berteriak
" Kamu,, kamu,, kamu yang sudah merusak semuanya! Kamu merebut suamiku, kamu yang merebut perusahaan ku. Kembalikan semua padaku. Akan ku bunuh kamu. Kamu harus mati! "
Siska menatap Arin dengan penuh amarah, dia terus berteriak, menarik Arin dengan kuat, memukulnya dan meraih lehernya. Siska mencekiknya begitu kuat.
" Aaaccchhh!
Ohok.. O.. o... "
Semua orang terkejut dengan reaksinya. Budi dan Riko segera berlari mendekat dan mencoba melepaskan pegangan Siska pada neneknya. Arin sudah meringis kesakitan dan tidak bisa bernafas.
" Lepaskan Siska, dia nenekmu. Cepat lepaskan dia! "
Budi berusaha melepaskan pegangan Siska dibantu Riko
" Tidak, aku tidak akan membiarkan dia lolos. Dia harus mati ditanganku! "
Siska tidak melepaskan tangannya dari leher sang nenek
" Riko cepat panggil dokter atau suster kemari! "
Budi berteriak pada Riko agar mencari bantuan
" Ya ayah! "
Riko berlari keluar dan meminta bantuan kepada orang lain.
Tidak lama dia kembali masuk bersama seorang suster dan dokter
" Dokter, cepat lakukan sesuatu! "
Pinta Budi kepada dokter yang masuk ke dalam ruangan. Dia yang tidak tega melihat ibunya kesakitan terus berusaha melepaskan tangan Siska dari lehernya.
" Suster cepat siapkan obat penenang! "
" Baik dok! "
Suster pun dengan cepat menyiapkan obat penenang dan mulai menyuntik Siska. Hingga akhirnya tangan Siska mulai lemas tak bertenaga dan dia mulai melepaskan tangannya dari leher sang nenek.
" Aku tidak akan membiarkan mu hidup bahagia sampai kapanpun "
Suaranya terdengar begitu lemah sebelum akhirnya dia memejamkan matanya karena obat bius
" Ohok.. ohok... "
Arin terbatuk sambil memegang lehernya setelah tangan Siska mulai terlepas.
" Apa ibu baik - baik saja? "
Budi terlihat cemas melihat sang ibu
" Ya, ibu tidak apa - apa.
Dokter, kenapa dia bisa jadi seperti ini? "
Arin masih memegang lehernya dan bertanya dengan wajah tidak percaya.
" Dia mengalami guncangan yang hebat. Kondisinya tidak stabil saat ini. Dan saya sarankan agar dia menjalani tes mental terlebih dahulu "
Dokter menyarankan dengan tenang
" Baik, terimakasih dokter "
Budi menyalami tangan dokter yang hendak keluar setelah memeriksa keadaan Siska. Riko hanya diam memperhatikan Siska, wanita yang pernah ia cintai dan merupakan model ternama, kini harus mengalami gangguan mental
" Nona Siska terlalu terpukul dengan keadaannya. Dia tidak bisa menerima semua yang dialami secara bersamaan. Ini mengakibatkan dia mengalami sedikit gangguan pada mentalnya "
Dokter menjelaskan dengan begitu rinci dan hati - hati.
Riko menoleh ke arah Siska sembari mendengarkan penuturan dokter. Dia terkejut, tidak bisa percaya dengan ini.
" Siska mengalami gangguan mental? "
Gumamnya masih tidak percaya
" Kalau begitu saya permisi dulu. Saya masih harus memeriksa pasien lain "
Perkataan dokter menyadarkan Riko dari lamunannya
" Ach iya dok, terima kasih "
Riko menjawab dengan panik. Dia menganggukkan kepala dan menyalami tangan sang dokter
" Aku harus menghubungi ayah Budi! "
" Halo ayah,,, "
Riko langsung menyapa setelah tersambung dengan ponsel mertuanya
" Bisakah ayah datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Siska? "
" Apakah terjadi sesuatu dengan Siska? "
Suara Budi terdengar khawatir
" Sebaiknya ayah datang kesini. Aku tidak bisa mengatakan ini melalui telepon "
"Baiklah, aku akan segera kesana. Apakah ibu mertuamu sudah siuman? "
" Belum ayah, kondisi ibu masih kritis "
" Ya sudah, aku bergegas kesana sekarang juga! "
" Baik ayah, hati - hati dijalan! "
Riko langsung menutup sambungan teleponnya.
Tak berselang lama. Terlihat Budi datang bersama Arin dengan berjalan tergesa - gesa. Mereka langsung menemui Riko
" Riko, bagaimana keadaan Siska? "
Tanya Arin begitu mendekat
" Dia,,, dia,,, "
Riko terbata - bata tidak tahu harus bagaimana mengatakannya
" Apa yang terjadi dengannya?
Cepatlah katakan yang sebenarnya pada kami! "
Kata Budi mendesak
" Sebaiknya ayah dan nenek lihat sendiri keadaannya di dalam! "
Riko mempersilakan nenek da ayah mertuanya masuk ke ruang rawat Siska.
Disana terlihat Siska sedang duduk di ranjang pasien. Dia duduk menggoyangkan badan ke depan dan belakang. Dengan tatapan mata yang kosong.
" Siska bagaimana kabar mu? Nenek dan ayahmu datang kesini menjenguk mu sayang! " Arin mendekati Siska dan bertanya dengan lembut
Siska mengangkat kepala, menatap wajah sang nenek kemudian mengernyitkan alis dan berteriak
" Kamu,, kamu,, kamu yang sudah merusak semuanya! Kamu merebut suamiku, kamu yang merebut perusahaan ku. Kembalikan semua padaku. Akan ku bunuh kamu. Kamu harus mati! "
Siska menatap Arin dengan penuh amarah, dia terus berteriak, menarik Arin dengan kuat, memukulnya dan meraih lehernya. Siska mencekiknya begitu kuat.
" Aaaccchhh!
Ohok.. O.. o... "
Semua orang terkejut dengan reaksinya. Budi dan Riko segera berlari mendekat dan mencoba melepaskan pegangan Siska pada neneknya. Arin sudah meringis kesakitan dan tidak bisa bernafas.
" Lepaskan Siska, dia nenekmu. Cepat lepaskan dia! "
Budi berusaha melepaskan pegangan Siska dibantu Riko
" Tidak, aku tidak akan membiarkan dia lolos. Dia harus mati ditanganku! "
Siska tidak melepaskan tangannya dari leher sang nenek
" Riko cepat panggil dokter atau suster kemari! "
Budi berteriak pada Riko agar mencari bantuan
" Ya ayah! "
Riko berlari keluar dan meminta bantuan kepada orang lain.
Tidak lama dia kembali masuk bersama seorang suster dan dokter
" Dokter, cepat lakukan sesuatu! "
Pinta Budi kepada dokter yang masuk ke dalam ruangan. Dia yang tidak tega melihat ibunya kesakitan terus berusaha melepaskan tangan Siska dari lehernya.
" Suster cepat siapkan obat penenang! "
" Baik dok! "
Suster pun dengan cepat menyiapkan obat penenang dan mulai menyuntik Siska. Hingga akhirnya tangan Siska mulai lemas tak bertenaga dan dia mulai melepaskan tangannya dari leher sang nenek.
" Aku tidak akan membiarkan mu hidup bahagia sampai kapanpun "
Suaranya terdengar begitu lemah sebelum akhirnya dia memejamkan matanya karena obat bius
" Ohok.. ohok... "
Arin terbatuk sambil memegang lehernya setelah tangan Siska mulai terlepas.
" Apa ibu baik - baik saja? "
Budi terlihat cemas melihat sang ibu
" Ya, ibu tidak apa - apa.
Dokter, kenapa dia bisa jadi seperti ini? "
Arin masih memegang lehernya dan bertanya dengan wajah tidak percaya.
" Dia mengalami guncangan yang hebat. Kondisinya tidak stabil saat ini. Dan saya sarankan agar dia menjalani tes mental terlebih dahulu "
Dokter menyarankan dengan tenang
" Baik, terimakasih dokter "
Budi menyalami tangan dokter yang hendak keluar setelah memeriksa keadaan Siska. Riko hanya diam memperhatikan Siska, wanita yang pernah ia cintai dan merupakan model ternama, kini harus mengalami gangguan mental
You'll Also Like
-
Fairy tale: Little Red Riding Hood's wolf mentor
Chapter 209 4 hours ago -
Naruto: Uchiha is not the Raikage!
Chapter 139 4 hours ago -
Mount and Blade System: Start from Pioneer Lords
Chapter 319 5 hours ago -
Myth Card Supplier: Nezha the Third Prince
Chapter 551 5 hours ago -
Gensokyo Detective, but surrounded by Shura Field
Chapter 287 6 hours ago -
Refining Oneself Into A Corpse
Chapter 24 6 hours ago -
Mortal Mirror
Chapter 508 6 hours ago -
Online Game: I Am The God Of Wealth, What's Wrong With My Pet Having Hundreds Of Millions Of Po
Chapter 513 1 days ago -
Help! I changed the gender of the male protagonist in the yandere game
Chapter 91 1 days ago -
The Goddess Brings The Baby To The House, Awakening The Daddy System!
Chapter 368 1 days ago