Perceraian Ke-99
Chapter 286 - Menjejalkan Bra-nya Ke Mulut Li Sicheng
Kapten Li dengan cepat berjalan keluar dan dengan hati-hati menutup pintu di belakangnya. Bahkan leher Su Qianci pun ikut memerah. Dia berharap punya tempat untuk bersembunyi. Su Qianci menutupi wajahnya dan berpaling ke samping. "Kenapa kakek datang …." Sangat memalukan …. Pada saat dia merasa canggung, pria di depannya mulai tertawa. Su Qianci menggeram, "Apanya yang lucu? Minggir!"
Li Sicheng tidak bergerak. Mendorong paksa Su Qianci hingga bersandar ke dinding dengan pahanya, dia berbisik, "Kakek meminta kita untuk melanjutkan. Kita harus menuruti nasihatnya." Kemudian, dia membungkuk lebih dekat.
Su Qianci menatap Li Sicheng, mengangkat tangannya, dan mencoba mendorong pria itu menjauh. Namun, dia lupa bahwa dirinya masih memegang bra dan akhirnya menjejalkan bra itu ke mulut Li Sicheng.
Li Sicheng menunduk dan memicingkan matanya. Merasakan kain lembut di mulutnya, dia perlahan-lahan menggertakkan giginya dengan sebuah tatapan berbahaya di matanya. Melihat itu, Su Qianci dengan segera teringat akan ekspresi wajah Li Sicheng ketika menggigit dirinya dan tidak bisa menahan diri untuk merapatkan kakinya. Sangat erotis ….
Merasakan Li Sicheng yang semakin mendekat, kepala Su Qianci bergetar dan jantungnya berdegup kencang. Terengah-engah, dia dengan cepat memutar kepalanya ke samping dan mendorong Li Sicheng menjauh. Su Qianci lalu berlari ke kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya. Setelah mengunci pintu secepat mungkin, Su Qianci menatap cermin dan melihat wajahnya yang merona merah. Dia tampak … sangat murahan ….
Apa-apaan ini? Bukankah mereka sedang bertengkar? Kenapa mereka hampir berciuman? Marah pada dirinya sendiri, Su Qianci mencubit dirinya dan bergumam, "Kamu sangat lemah …. Tadi itu sangat memalukan!"
Li Sicheng berdiri diam dan tersenyum semakin lebar. Mengencangkan cengkeramannya pada bra yang ditinggalkan Su Qianci, dia melirik piama yang tergeletak di tempat tidur dan menaikkan alisnya. Sepertinya Su Qianci membutuhkan pakaian. Begitu Li Sicheng meraih piama itu, dia mendengar pintu kamar mandi terbuka.
Su Qianci berjalan menghampiri, tersipu malu, dan menyambar piama dari tangannya. Dengan cepat melarikan diri, seolah-olah Li Sicheng akan melahapnya jika dia lebih lambat.
Sambil tersenyum, Li Sicheng mengingatkannya, "Bra-mu."
Su Qianci bahkan semakin malu saat dia berteriak, "Tidak perlu!"
"Tidak apa-apa jika kamu tidak memakainya … aku tidak keberatan."
Kakinya semakin lemah, Su Qianci memutuskan untuk mengabaikannya, dan masuk ke kamar mandi.
Mata Li Sicheng menyala. Setelah merasa depresi selama lebih dari seminggu, dia akhirnya merasa lebih baik. Tampaknya mengundang kakek untuk tinggal sementara waktu adalah keputusan yang tepat . Selanjutnya, dia akan menangani masalah lain. Dengan tatapan tajam di matanya, Li Sicheng pergi ke ruang kerjanya.
Setelah mandi, Su Qianci melihat Li Sicheng sudah tidak ada dan tiba-tiba merasa rileks. Dia mengganti bajunya dan pergi untuk mengobrol dengan kakek sebentar sebelum dia kembali ke kamar tidur utama dan tidur. Akan tetapi, saat tengah malam, Su Qianci terbangun. Membuka matanya, dia menyadari bahwa dirinya sedang berada di dalam pelukan Li Sicheng. Su Qianci mencoba untuk bergerak, tetapi mendapati pria itu sedang bernapas dengan teratur dan tidur dengan nyenyak. Namun, tangan Li Sicheng diletakkan di atas dadanya, dan dia jelas bisa merasakan suhu tubuh suaminya.
Sambil menggertakkan giginya, Su Qianci mengangkat tangannya, ingin memindahkannya. Namun, segera terjatuh di bokongnya. Dengan gemetar, pipi Su Qianci terasa panas. Sambil menggeliat, dia mendorong tubuh Li Sicheng dengan perlahan dan berbisik, "Lepaskan tanganmu dariku."
Akan tetapi, karena Li Sicheng sedang "tertidur", bagaimana pria itu bisa mendengarnya? Li Sicheng bergerak dalam tidurnya, tidak sengaja atau sebaliknya ….
Li Sicheng tidak bergerak. Mendorong paksa Su Qianci hingga bersandar ke dinding dengan pahanya, dia berbisik, "Kakek meminta kita untuk melanjutkan. Kita harus menuruti nasihatnya." Kemudian, dia membungkuk lebih dekat.
Su Qianci menatap Li Sicheng, mengangkat tangannya, dan mencoba mendorong pria itu menjauh. Namun, dia lupa bahwa dirinya masih memegang bra dan akhirnya menjejalkan bra itu ke mulut Li Sicheng.
Li Sicheng menunduk dan memicingkan matanya. Merasakan kain lembut di mulutnya, dia perlahan-lahan menggertakkan giginya dengan sebuah tatapan berbahaya di matanya. Melihat itu, Su Qianci dengan segera teringat akan ekspresi wajah Li Sicheng ketika menggigit dirinya dan tidak bisa menahan diri untuk merapatkan kakinya. Sangat erotis ….
Merasakan Li Sicheng yang semakin mendekat, kepala Su Qianci bergetar dan jantungnya berdegup kencang. Terengah-engah, dia dengan cepat memutar kepalanya ke samping dan mendorong Li Sicheng menjauh. Su Qianci lalu berlari ke kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya. Setelah mengunci pintu secepat mungkin, Su Qianci menatap cermin dan melihat wajahnya yang merona merah. Dia tampak … sangat murahan ….
Apa-apaan ini? Bukankah mereka sedang bertengkar? Kenapa mereka hampir berciuman? Marah pada dirinya sendiri, Su Qianci mencubit dirinya dan bergumam, "Kamu sangat lemah …. Tadi itu sangat memalukan!"
Li Sicheng berdiri diam dan tersenyum semakin lebar. Mengencangkan cengkeramannya pada bra yang ditinggalkan Su Qianci, dia melirik piama yang tergeletak di tempat tidur dan menaikkan alisnya. Sepertinya Su Qianci membutuhkan pakaian. Begitu Li Sicheng meraih piama itu, dia mendengar pintu kamar mandi terbuka.
Su Qianci berjalan menghampiri, tersipu malu, dan menyambar piama dari tangannya. Dengan cepat melarikan diri, seolah-olah Li Sicheng akan melahapnya jika dia lebih lambat.
Sambil tersenyum, Li Sicheng mengingatkannya, "Bra-mu."
Su Qianci bahkan semakin malu saat dia berteriak, "Tidak perlu!"
"Tidak apa-apa jika kamu tidak memakainya … aku tidak keberatan."
Kakinya semakin lemah, Su Qianci memutuskan untuk mengabaikannya, dan masuk ke kamar mandi.
Mata Li Sicheng menyala. Setelah merasa depresi selama lebih dari seminggu, dia akhirnya merasa lebih baik. Tampaknya mengundang kakek untuk tinggal sementara waktu adalah keputusan yang tepat . Selanjutnya, dia akan menangani masalah lain. Dengan tatapan tajam di matanya, Li Sicheng pergi ke ruang kerjanya.
Setelah mandi, Su Qianci melihat Li Sicheng sudah tidak ada dan tiba-tiba merasa rileks. Dia mengganti bajunya dan pergi untuk mengobrol dengan kakek sebentar sebelum dia kembali ke kamar tidur utama dan tidur. Akan tetapi, saat tengah malam, Su Qianci terbangun. Membuka matanya, dia menyadari bahwa dirinya sedang berada di dalam pelukan Li Sicheng. Su Qianci mencoba untuk bergerak, tetapi mendapati pria itu sedang bernapas dengan teratur dan tidur dengan nyenyak. Namun, tangan Li Sicheng diletakkan di atas dadanya, dan dia jelas bisa merasakan suhu tubuh suaminya.
Sambil menggertakkan giginya, Su Qianci mengangkat tangannya, ingin memindahkannya. Namun, segera terjatuh di bokongnya. Dengan gemetar, pipi Su Qianci terasa panas. Sambil menggeliat, dia mendorong tubuh Li Sicheng dengan perlahan dan berbisik, "Lepaskan tanganmu dariku."
Akan tetapi, karena Li Sicheng sedang "tertidur", bagaimana pria itu bisa mendengarnya? Li Sicheng bergerak dalam tidurnya, tidak sengaja atau sebaliknya ….
You'll Also Like
-
Fairy tale: Little Red Riding Hood's wolf mentor
Chapter 209 1 days ago -
Naruto: Uchiha is not the Raikage!
Chapter 139 1 days ago -
Mount and Blade System: Start from Pioneer Lords
Chapter 319 1 days ago -
Myth Card Supplier: Nezha the Third Prince
Chapter 551 1 days ago -
Gensokyo Detective, but surrounded by Shura Field
Chapter 287 1 days ago -
Refining Oneself Into A Corpse
Chapter 24 1 days ago -
Mortal Mirror
Chapter 508 1 days ago -
Online Game: I Am The God Of Wealth, What's Wrong With My Pet Having Hundreds Of Millions Of Po
Chapter 513 2 days ago -
Help! I changed the gender of the male protagonist in the yandere game
Chapter 91 2 days ago -
The Goddess Brings The Baby To The House, Awakening The Daddy System!
Chapter 368 2 days ago