Perceraian Ke-99
Chapter 481 - Nama
Su Qianci tidur sangat nyenyak, tapi tetap saja dia tidak mendapatkan tidur yang cukup. Rasanya benar-benar mengerikan dibangunkan pagi-pagi. Merasakan tangan Li Sicheng yang mencubit hidungnya, dia mengerutkan kening dan memukul tangan suaminya. Tapi tangannya malah ditangkap dengan kuat dan digunakan untuk mengangkat tubuhnya bangun. Su Qianci membuka matanya, cemberut. Setelah melihat Li Sicheng, dia menundukkan kepalanya. "Aku sangat mengantuk."
"Naiklah ke pesawat dan tidurlah kemudian." Li Sicheng menarik istrinya. "Hari ini, kita harus pergi ke ibu kota. Apakah kamu lupa?"
"Tidak … jangan hari ini, ayo kita pergi besok." Dia mengubur dirinya ke dalam selimut lagi.
Li Sicheng tidak bisa menahan senyumnya. "Kamu akan mengatakan hal ini besok. Bangunlah, aku akan membuatmu berpakaian."
"Hei …." Dia menggantung dirinya pada pria itu. "Aku akan muntah di pesawat."
"Kamu sudah memberi tahu Rong Haiyue bahwa kita akan tiba siang ini, kemarin. Apakah kamu akan mengingkari janjimu?"
Setelah mendengar ini, Su Qianci akhirnya meluruskan tubuhnya dan merentangkan tangannya untuk membiarkan suaminya melepaskan pakaiannya.
Li Sicheng mengetuk hidung istrinya. "Menjadi semakin malas." Meskipun dia mengatakan itu, dia masih dengan sabar membantu Su Qianci berganti pakaian. Wanita itu bahkan tidak membuka matanya sepanjang waktu. "Baik."
"Oh!" Su Qianci segera membuka matanya dan pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Li Sicheng sudah menyiapkan barang bawaan istrinya, sebuah tas, dan sebuah koper kecil berisi pakaian. "Ayo kita pergi."
"Tunggu. Aku akan merias wajahku."
"Jangan, tidak ada riasan wajah. Wanita hamil harus menjauh dari hal-hal ini."
"Tapi kulitku mengerikan. Lihat wajahku!" Su Qianci mengeluh. "Pucat,kusam, dan jelek."
"Tidak jelek. Kamu terlihat lebih baik daripada banyak orang dengan riasan wajah."
"Benarkah?"
"Benar."
"Kalau begitu setidaknya aku akan menggunakan lipstik."
Li Sicheng naik ke kamarnya dan mengambil lipstik istrinya. Sambil menggendong Su Qianci dengan tangannya yang besar, dia berseru, "Ayo kita pergi! Sarapan dan kemudian berangkat."
Su Qianci cemberut, tapi dirinya dikuasai oleh suaminya. Dia harus menyerah. Setelah sarapan, mereka naik taksi ke bandara. Di pesawat, dirinya tidak bisa tidur dan memanggil, "Sayang."
"Ya?"
"Aku punya perasaan yang semakin kuat bahwa bayi kita mungkin benar-benar kembar. Tadi malam, aku bermimpi seorang bocah laki-laki membawa seorang gadis kecil untuk mengajakku bermain. Mereka meminta agar kamu memberi anak-anak itu nama untuk mereka berdua."
Li Sicheng mendengar kata-kata istrinya dan memutar kepalanya. Raut wajah yang selalu dingin itu pecah dengan sebuah senyuman. "Aku?"
"Iya!" Su Qianci menatap suaminya dengan penuh harap. "Nama resminya tentu saja berasal dari kakek. Kamu bisa memberi mereka nama panggilan."
Li Sicheng mendengar kata-kata istrinya dan merenung sejenak. Su Qianci berkata dengan bersemangat, "Bagaimana kalau Li Dabao, Li Erbao?"
Dia melirik wanita itu setelah beberapa saat hening.
"Kalau begitu, Li Baobao, Li Beibei?" Su Qianci memberi suaminya sebuah pilihan lain. "Bukankah rata-rata nama panggilan anak seperti ini?"
"Berbaringlah sebentar. Biarkan aku memikirkannya." Jelas terlihat, Li Sicheng tidak menghargai nama-nama yang Su Qianci sebutkan.
Merengut, Su Qianci meringkuk di balik selimut dan membalikkan badan pada suaminya. Li Sicheng tersenyum dan mulai memikirkan namanya, sambil bersandar ke sandaran kursi. Itu adalah sebuah penerbangan tiga jam antara Kotaraja dan ibu kota. Ketika mereka tiba di Bandara Internasional Ibu Kota, hari sudah siang.
Suasana hatinya secara tidak disangka-sangka menjadi baik. Begitu pesawat mendarat, Su Qianci dengan bersemangat membuka sabuk pengamannya dan bertanya pada Li Sicheng, "Apakah kamu sudah memikirkan sesuatu?"
"Naiklah ke pesawat dan tidurlah kemudian." Li Sicheng menarik istrinya. "Hari ini, kita harus pergi ke ibu kota. Apakah kamu lupa?"
"Tidak … jangan hari ini, ayo kita pergi besok." Dia mengubur dirinya ke dalam selimut lagi.
Li Sicheng tidak bisa menahan senyumnya. "Kamu akan mengatakan hal ini besok. Bangunlah, aku akan membuatmu berpakaian."
"Hei …." Dia menggantung dirinya pada pria itu. "Aku akan muntah di pesawat."
"Kamu sudah memberi tahu Rong Haiyue bahwa kita akan tiba siang ini, kemarin. Apakah kamu akan mengingkari janjimu?"
Setelah mendengar ini, Su Qianci akhirnya meluruskan tubuhnya dan merentangkan tangannya untuk membiarkan suaminya melepaskan pakaiannya.
Li Sicheng mengetuk hidung istrinya. "Menjadi semakin malas." Meskipun dia mengatakan itu, dia masih dengan sabar membantu Su Qianci berganti pakaian. Wanita itu bahkan tidak membuka matanya sepanjang waktu. "Baik."
"Oh!" Su Qianci segera membuka matanya dan pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Li Sicheng sudah menyiapkan barang bawaan istrinya, sebuah tas, dan sebuah koper kecil berisi pakaian. "Ayo kita pergi."
"Tunggu. Aku akan merias wajahku."
"Jangan, tidak ada riasan wajah. Wanita hamil harus menjauh dari hal-hal ini."
"Tapi kulitku mengerikan. Lihat wajahku!" Su Qianci mengeluh. "Pucat,kusam, dan jelek."
"Tidak jelek. Kamu terlihat lebih baik daripada banyak orang dengan riasan wajah."
"Benarkah?"
"Benar."
"Kalau begitu setidaknya aku akan menggunakan lipstik."
Li Sicheng naik ke kamarnya dan mengambil lipstik istrinya. Sambil menggendong Su Qianci dengan tangannya yang besar, dia berseru, "Ayo kita pergi! Sarapan dan kemudian berangkat."
Su Qianci cemberut, tapi dirinya dikuasai oleh suaminya. Dia harus menyerah. Setelah sarapan, mereka naik taksi ke bandara. Di pesawat, dirinya tidak bisa tidur dan memanggil, "Sayang."
"Ya?"
"Aku punya perasaan yang semakin kuat bahwa bayi kita mungkin benar-benar kembar. Tadi malam, aku bermimpi seorang bocah laki-laki membawa seorang gadis kecil untuk mengajakku bermain. Mereka meminta agar kamu memberi anak-anak itu nama untuk mereka berdua."
Li Sicheng mendengar kata-kata istrinya dan memutar kepalanya. Raut wajah yang selalu dingin itu pecah dengan sebuah senyuman. "Aku?"
"Iya!" Su Qianci menatap suaminya dengan penuh harap. "Nama resminya tentu saja berasal dari kakek. Kamu bisa memberi mereka nama panggilan."
Li Sicheng mendengar kata-kata istrinya dan merenung sejenak. Su Qianci berkata dengan bersemangat, "Bagaimana kalau Li Dabao, Li Erbao?"
Dia melirik wanita itu setelah beberapa saat hening.
"Kalau begitu, Li Baobao, Li Beibei?" Su Qianci memberi suaminya sebuah pilihan lain. "Bukankah rata-rata nama panggilan anak seperti ini?"
"Berbaringlah sebentar. Biarkan aku memikirkannya." Jelas terlihat, Li Sicheng tidak menghargai nama-nama yang Su Qianci sebutkan.
Merengut, Su Qianci meringkuk di balik selimut dan membalikkan badan pada suaminya. Li Sicheng tersenyum dan mulai memikirkan namanya, sambil bersandar ke sandaran kursi. Itu adalah sebuah penerbangan tiga jam antara Kotaraja dan ibu kota. Ketika mereka tiba di Bandara Internasional Ibu Kota, hari sudah siang.
Suasana hatinya secara tidak disangka-sangka menjadi baik. Begitu pesawat mendarat, Su Qianci dengan bersemangat membuka sabuk pengamannya dan bertanya pada Li Sicheng, "Apakah kamu sudah memikirkan sesuatu?"
You'll Also Like
-
Fairy tale: Little Red Riding Hood's wolf mentor
Chapter 209 1 days ago -
Naruto: Uchiha is not the Raikage!
Chapter 139 1 days ago -
Mount and Blade System: Start from Pioneer Lords
Chapter 319 1 days ago -
Myth Card Supplier: Nezha the Third Prince
Chapter 551 1 days ago -
Gensokyo Detective, but surrounded by Shura Field
Chapter 287 1 days ago -
Refining Oneself Into A Corpse
Chapter 24 1 days ago -
Mortal Mirror
Chapter 508 1 days ago -
Online Game: I Am The God Of Wealth, What's Wrong With My Pet Having Hundreds Of Millions Of Po
Chapter 513 2 days ago -
Help! I changed the gender of the male protagonist in the yandere game
Chapter 91 2 days ago -
The Goddess Brings The Baby To The House, Awakening The Daddy System!
Chapter 368 2 days ago