Perceraian Ke-99
Chapter 51 - Harus Menipunya
Apakah Su Qianci menyesali itu? Tentu saja dia menyesal. Kali ini, dia tidak akan membiarkan orang-orang ini mendapatkan apa yang mereka inginkan.
"Su Qianci?" Lin Wanting bertanya, karena tidak mendapatkan balasan dengan segera.
"Oke, kapan?"
Mendengar jawaban Su Qianci, Lin Wanting sangat gembira dan bertanya, "Bagaimana kalau hari ini?"
"Baiklah. Mari kita pergi ke Plaza Raja Bintang. Ada lebih banyak pilihan di sana."
"Bagus sekali!" Mata Lin Wanting menyala. Plaza Raja Bintang adalah mal terbaik di Kotaraja. Akan memuaskan bagi Lin Wanting hanya dengan membeli sebuah roti dari tempat itu. Mendengar kata-kata Su Qianci, Lin Wanting tentu saja sangat gembira. Seorang yang mudah tertipu seperti Su Qianci akan memberikan apa yang diinginkan Lin Wanting selama Lin Wanting berperan sebagai korban yang malang.
Setelah menutup telepon, Lin Wanting dengan saksama merias wajahnya dan meninggalkan rumah. Lin Wanting tiba di Plaza Raja Bintang lebih dari sepuluh menit kemudian. Setelah menunggu sepuluh menit lagi di bawah matahari, Lin Wanting sudah dibanjiri keringat. Namun, Su Qianci masih belum meneleponnya. Merasa sedikit kesal, Lin Wanting menelepon Su Qianci.
"Kenapa kau belum datang juga?"
Su Qianci terdengar terkejut. "Maksudmu sekarang? Kupikir kita akan pergi pada sore hari. Aku belum siap."
"Bukankah kau selalu segera pergi setelah mendapat telepon?" Merasa dikerjai, Lin Wanting merasa kesal.
Su Qianci berkata perlahan, "Aku cenderung menunda-nunda belakangan ini. Aku minta maaf. Kau cari saja tempat untuk beristirahat. Aku akan berada di sana dalam dua puluh menit."
Lin Wanting masuk ke sebuah kafe, memesan minuman paling mahal, dan menunggu Su Qianci datang. Su Qianci pasti akan membayar minumannya. Dua puluh menit kemudian, Lin Wanting menerima telepon Su Qianci dan merasa lega.
"Hai, aku di dalam kafe. Ayo kemari!"
"Kafe? Itu sangat jauh. Aku tidak ingin pergi ke sana. Kemarilah dan temui aku di dalam mal."
Lin Wanting tercengang dan sedikit khawatir. "Tapi apakah kau tidak ingin minum sebelum berbelanja?"
"Tidak juga. Kemarilah. Aku ada di toko yang kau sukai di dalam mal."
Sambil menggertakkan giginya, Lin Wanting menutup telepon dan membayar minumannya. Itu adalah minuman paling mahal di menu, yang harganya bisa untuk sepuluh kali makan. Su Qianci si wanita jalang itu tidak datang, yang membuatnya kehilangan banyak uang!
Aku harus menipunya.
Ketika Lin Wanting melihat Su Qianci, dia hampir tidak mengenalinya. Waktu SMA, Su Qianci adalah seorang primadona sekolah, tetapi dia memiliki gaya berpakaian yang sangat buruk, gaya pemberontak dan gothic. Namun, Su Qianci sedang tersenyum pada asisten toko saat ini, dan hanya profilnya yang menarik mata Lin Wanting. Su Qianci sekarang terlihat trendi dan menakjubkan. Dia berpakaian menarik tapi tidak berlebihan. Apa pun yang dikenakan Su Qianci bernilai setara dengan beberapa bulan dari biaya hidupnya. Ketika Lin Wanting mendengar bahwa Su Qianci menikah dengan bujangan nomor satu di Kotaraja, dia tidak percaya gosip itu. Akan tetapi, dia mulai percaya sekarang. Merasa tidak enak, Lin Wanting menggertakkan giginya dan merasa bimbang.
"Su Qianci?" Lin Wanting bertanya, karena tidak mendapatkan balasan dengan segera.
"Oke, kapan?"
Mendengar jawaban Su Qianci, Lin Wanting sangat gembira dan bertanya, "Bagaimana kalau hari ini?"
"Baiklah. Mari kita pergi ke Plaza Raja Bintang. Ada lebih banyak pilihan di sana."
"Bagus sekali!" Mata Lin Wanting menyala. Plaza Raja Bintang adalah mal terbaik di Kotaraja. Akan memuaskan bagi Lin Wanting hanya dengan membeli sebuah roti dari tempat itu. Mendengar kata-kata Su Qianci, Lin Wanting tentu saja sangat gembira. Seorang yang mudah tertipu seperti Su Qianci akan memberikan apa yang diinginkan Lin Wanting selama Lin Wanting berperan sebagai korban yang malang.
Setelah menutup telepon, Lin Wanting dengan saksama merias wajahnya dan meninggalkan rumah. Lin Wanting tiba di Plaza Raja Bintang lebih dari sepuluh menit kemudian. Setelah menunggu sepuluh menit lagi di bawah matahari, Lin Wanting sudah dibanjiri keringat. Namun, Su Qianci masih belum meneleponnya. Merasa sedikit kesal, Lin Wanting menelepon Su Qianci.
"Kenapa kau belum datang juga?"
Su Qianci terdengar terkejut. "Maksudmu sekarang? Kupikir kita akan pergi pada sore hari. Aku belum siap."
"Bukankah kau selalu segera pergi setelah mendapat telepon?" Merasa dikerjai, Lin Wanting merasa kesal.
Su Qianci berkata perlahan, "Aku cenderung menunda-nunda belakangan ini. Aku minta maaf. Kau cari saja tempat untuk beristirahat. Aku akan berada di sana dalam dua puluh menit."
Lin Wanting masuk ke sebuah kafe, memesan minuman paling mahal, dan menunggu Su Qianci datang. Su Qianci pasti akan membayar minumannya. Dua puluh menit kemudian, Lin Wanting menerima telepon Su Qianci dan merasa lega.
"Hai, aku di dalam kafe. Ayo kemari!"
"Kafe? Itu sangat jauh. Aku tidak ingin pergi ke sana. Kemarilah dan temui aku di dalam mal."
Lin Wanting tercengang dan sedikit khawatir. "Tapi apakah kau tidak ingin minum sebelum berbelanja?"
"Tidak juga. Kemarilah. Aku ada di toko yang kau sukai di dalam mal."
Sambil menggertakkan giginya, Lin Wanting menutup telepon dan membayar minumannya. Itu adalah minuman paling mahal di menu, yang harganya bisa untuk sepuluh kali makan. Su Qianci si wanita jalang itu tidak datang, yang membuatnya kehilangan banyak uang!
Aku harus menipunya.
Ketika Lin Wanting melihat Su Qianci, dia hampir tidak mengenalinya. Waktu SMA, Su Qianci adalah seorang primadona sekolah, tetapi dia memiliki gaya berpakaian yang sangat buruk, gaya pemberontak dan gothic. Namun, Su Qianci sedang tersenyum pada asisten toko saat ini, dan hanya profilnya yang menarik mata Lin Wanting. Su Qianci sekarang terlihat trendi dan menakjubkan. Dia berpakaian menarik tapi tidak berlebihan. Apa pun yang dikenakan Su Qianci bernilai setara dengan beberapa bulan dari biaya hidupnya. Ketika Lin Wanting mendengar bahwa Su Qianci menikah dengan bujangan nomor satu di Kotaraja, dia tidak percaya gosip itu. Akan tetapi, dia mulai percaya sekarang. Merasa tidak enak, Lin Wanting menggertakkan giginya dan merasa bimbang.
You'll Also Like
-
Fairy tale: Little Red Riding Hood's wolf mentor
Chapter 209 18 hours ago -
Naruto: Uchiha is not the Raikage!
Chapter 139 18 hours ago -
Mount and Blade System: Start from Pioneer Lords
Chapter 319 19 hours ago -
Myth Card Supplier: Nezha the Third Prince
Chapter 551 20 hours ago -
Gensokyo Detective, but surrounded by Shura Field
Chapter 287 20 hours ago -
Refining Oneself Into A Corpse
Chapter 24 20 hours ago -
Mortal Mirror
Chapter 508 20 hours ago -
Online Game: I Am The God Of Wealth, What's Wrong With My Pet Having Hundreds Of Millions Of Po
Chapter 513 1 days ago -
Help! I changed the gender of the male protagonist in the yandere game
Chapter 91 1 days ago -
The Goddess Brings The Baby To The House, Awakening The Daddy System!
Chapter 368 1 days ago