Di Paksa Menikah
Chapter 136 BAB 134
Setelah Romi memutuskan sambungan teleponnya, tiba – tiba Vina masuk ke dalam kamar Romi. Romi pun terkejut karena Vina tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, untungnya ia sudah memakai pakaiannya. Romi pun menjewer telinga Vina karena membuatnya terkejut dan tidak permisi terlebih dahulu.
“Auuuh sakit Kak,” seru Vina sambil meringis kesakitan.
“Kenapa tidak mengetuk pintu dulu? Main nyelonong masuk aja,” ujar Romi lalu melepaskan tangannya dari telinga Vina.
“Aku penasaran ada apa Intan meminta nomor ponsel Kakak?” tanya Vina sambil mengusap telinganya yang kesakitan.
“Dia menanyakan kabar Ricko yang tidak ada kabar seharian, setelah aku tanyakan ke pihak penerbangannya, ternyata pesawatnya mendarat darurat di Pulau Sumatera,” jawab Romi sambil memasang dasi di lehernya.
“Oh, jadi begitu ceritanya,” balas Vina sambil manggut – manggut mengerti.
“Keluar dari kamarku sekarang!” usir Romi.
“Iya, iya,” balas Vina sewot.
Setelah Vina keluar dari kamarnya, Romi menghubungi Intan dan memberitahukan kejadian yang sebenarnya.
“Tapi kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi?” tanya Intan masih khawatir.
“Aku juga tidak tahu untuk masalah itu, mungkin baterainya habis atau ponselnya hilang,” jawab Romi seadanya.
“Ya sudah terima kasih infonya, selamat pagi,” balas Intan lalu memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah Intan memutuskan sambungan teleponnya, Romi menatap layar ponselnya yang sambungan teleponnya terputus.
“Ya, Cuma gitu doang,” gumam Romi kecewa. Sebenarnya ia ingin ngobrol lebih lama dengan Intan karena itu ia sengaja mengusir Vina dari dalam kamarnya. Karena Intan sudah memutuskan sambungan teleponnya terlebih dahulu, Romi pun akhirnya turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama keluarganya di ruang makan.
Sementara itu, setelah Intan memutuskan sambungan teleponnya dengan Romi dan tidak mendapatkan informasi yang memuaskannnya, Intan menghubungi Sita dan berharap bisa mendapatkan informasi dari Sita tentang Ricko dan kedua orang tuanya. Ternyata yang Sita tahu hanya papa dan mamanya sudah menunggu kedatangan Ricko dari kemarin di apartemen, tapi Ricko tidak kunjung datang hingga pagi ini.
Intan pun menghembuskan nafasnya dengan kasar melalui mulutnya lalu menaruh ponselnya di nakas. Setelah itu ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamarnya untuk sarapan di lantai bawah.
Tidak berapa lama ponsel Intan bergetar, sayangnya Intan tidak mengetahuinya karena ia sudah duduk di meja makan untuk memakan sarapannya.
Sementara itu di sebuah bandara Singapura, Ricko sedang menempelkan ponsel di telinganya berharap Intan segera menerima panggilan teleponnya, tapi hingga panggilan kelima tidak ada jawaban dari Intan. Ia sudah sangat merindukan istri kecilnya itu karena dari kemarin ia tidak bisa menghubungi Intan gara - gara baterai ponselnya habis. Sesampainya di bandara, ia segera mengisi baterai ponselnya yang habis dan menghubungi Intan, sayangnya Intan tidak segera menjawabnya.
“Ke mana dia? Kenapa tidak menerima panggilan teleponku?” gumam Ricko lalu memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
Tiba – tiba Dina menepuk bahu Ricko dari belakang. Ricko pun terkejut dan menoleh ke belakang.
“Hallo Pak Ricko,” sapa Dina sambil tersenyum kegirangan.
“Iya, ada apa?” tanya Ricko heran.
“Tidak ada apa – apa Pak, hanya saja tadi saya melihat Pak Ricko, jadi saya sapa gitu Pak,” jawab Dina sok akrab.
“Oh ya sudah, saya pergi dulu kalau begitu,” balas Ricko lalu buru - buru menarik kopernya.
Dina pun menyaksikan kepergian Ricko dengan tersenyum gemas.
“Ganteng banget sih,” gumam Dina.
Maaf saya baru update karena kemarin mendadak saya sakit. Selamat datang di bulan Maret semoga rizkinya enggak makin seret ya. Hahaha.
Jangan lupa like dan votenya ya Kakak. Terima kasih :-)
“Auuuh sakit Kak,” seru Vina sambil meringis kesakitan.
“Kenapa tidak mengetuk pintu dulu? Main nyelonong masuk aja,” ujar Romi lalu melepaskan tangannya dari telinga Vina.
“Aku penasaran ada apa Intan meminta nomor ponsel Kakak?” tanya Vina sambil mengusap telinganya yang kesakitan.
“Dia menanyakan kabar Ricko yang tidak ada kabar seharian, setelah aku tanyakan ke pihak penerbangannya, ternyata pesawatnya mendarat darurat di Pulau Sumatera,” jawab Romi sambil memasang dasi di lehernya.
“Oh, jadi begitu ceritanya,” balas Vina sambil manggut – manggut mengerti.
“Keluar dari kamarku sekarang!” usir Romi.
“Iya, iya,” balas Vina sewot.
Setelah Vina keluar dari kamarnya, Romi menghubungi Intan dan memberitahukan kejadian yang sebenarnya.
“Tapi kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi?” tanya Intan masih khawatir.
“Aku juga tidak tahu untuk masalah itu, mungkin baterainya habis atau ponselnya hilang,” jawab Romi seadanya.
“Ya sudah terima kasih infonya, selamat pagi,” balas Intan lalu memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah Intan memutuskan sambungan teleponnya, Romi menatap layar ponselnya yang sambungan teleponnya terputus.
“Ya, Cuma gitu doang,” gumam Romi kecewa. Sebenarnya ia ingin ngobrol lebih lama dengan Intan karena itu ia sengaja mengusir Vina dari dalam kamarnya. Karena Intan sudah memutuskan sambungan teleponnya terlebih dahulu, Romi pun akhirnya turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama keluarganya di ruang makan.
Sementara itu, setelah Intan memutuskan sambungan teleponnya dengan Romi dan tidak mendapatkan informasi yang memuaskannnya, Intan menghubungi Sita dan berharap bisa mendapatkan informasi dari Sita tentang Ricko dan kedua orang tuanya. Ternyata yang Sita tahu hanya papa dan mamanya sudah menunggu kedatangan Ricko dari kemarin di apartemen, tapi Ricko tidak kunjung datang hingga pagi ini.
Intan pun menghembuskan nafasnya dengan kasar melalui mulutnya lalu menaruh ponselnya di nakas. Setelah itu ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamarnya untuk sarapan di lantai bawah.
Tidak berapa lama ponsel Intan bergetar, sayangnya Intan tidak mengetahuinya karena ia sudah duduk di meja makan untuk memakan sarapannya.
Sementara itu di sebuah bandara Singapura, Ricko sedang menempelkan ponsel di telinganya berharap Intan segera menerima panggilan teleponnya, tapi hingga panggilan kelima tidak ada jawaban dari Intan. Ia sudah sangat merindukan istri kecilnya itu karena dari kemarin ia tidak bisa menghubungi Intan gara - gara baterai ponselnya habis. Sesampainya di bandara, ia segera mengisi baterai ponselnya yang habis dan menghubungi Intan, sayangnya Intan tidak segera menjawabnya.
“Ke mana dia? Kenapa tidak menerima panggilan teleponku?” gumam Ricko lalu memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
Tiba – tiba Dina menepuk bahu Ricko dari belakang. Ricko pun terkejut dan menoleh ke belakang.
“Hallo Pak Ricko,” sapa Dina sambil tersenyum kegirangan.
“Iya, ada apa?” tanya Ricko heran.
“Tidak ada apa – apa Pak, hanya saja tadi saya melihat Pak Ricko, jadi saya sapa gitu Pak,” jawab Dina sok akrab.
“Oh ya sudah, saya pergi dulu kalau begitu,” balas Ricko lalu buru - buru menarik kopernya.
Dina pun menyaksikan kepergian Ricko dengan tersenyum gemas.
“Ganteng banget sih,” gumam Dina.
Maaf saya baru update karena kemarin mendadak saya sakit. Selamat datang di bulan Maret semoga rizkinya enggak makin seret ya. Hahaha.
Jangan lupa like dan votenya ya Kakak. Terima kasih :-)
You'll Also Like
-
Weird Star Witch
Chapter 826 9 hours ago -
Villains of All Worlds: Starting with the Beautiful Vampire Bride
Chapter 135 11 hours ago -
Infinite entries? I become the Zerg Scourge!
Chapter 81 11 hours ago -
End of the World: The materials consumed by women are returned ten thousand times
Chapter 160 11 hours ago -
I'm in Marvel
Chapter 139 11 hours ago -
Family Rise: Start with Daily Intelligence
Chapter 260 13 hours ago -
Dantian has a little field
Chapter 333 13 hours ago -
Evil Path to Longevity, Start with Moving Blood and Bones
Chapter 572 13 hours ago -
My perfect apocalyptic life
Chapter 325 13 hours ago -
Destiny Villain: I can check the script of my life!
Chapter 662 13 hours ago