Di Paksa Menikah
Chapter 137 BAB 135
Setelah sampai di apartemen, Ricko memencet bel pintu apartemen. Tidak berapa lama Bi Mina membukakan pintu. Ricko pun masuk lalu mencium punggung tangan papa dan mamanya yang sedang duduk di sofa. Ricko sangat senang melihat papanya sudah sehat kembali, ia pun memeluk papanya dengan erat.
“Dari mana saja kamu? Dari kemarin kami menunggu,” tanya Pak Bambang pada Ricko.
“Maaf Pa, kemarin pesawatnya mendadak mendarat di Pulau Sumatera karena cuaca buruk, baterai ponselku juga habis. Karena cuaca buruk itu, semua saluran telekomunikasi dan listrik tidak berfungsi,” jawab Ricko menjelaskan pada Pak Bambang setelah duduk di sofa samping Pak Bambang.
“Oh jadi seperti itu, pantas saja papa berkali – kali meneleponmu tapi tidak bisa,” balas Pak Bambang.
“Apa kita kembali sekarang?” tanya Ricko pada kedua orang tuanya.
“Istirahatlah dulu, kamu baru sampai. Bagaimana kabar istrimu, apa kandungannya baik – baik saja?” tanya Bu Sofi dengan antusias.
Ricko pun terkejut, ia baru ingat kalau belum memberi kabar pada Intan dari kemarin. Ia yakin kalau Intan sangat khawatir sekarang. Ia pun segera mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu mencari kontak “Istriku” dan menekan tombol untuk memanggil.
“Ada apa Rick?” tanya Bu Sofi heran karena Ricko tidak menjawab pertanyaannya tapi malah menghubungi seseorang.
“Aku belum menelepon Intan dari kemarin Ma,” jawab Ricko sambil menempelkan ponsel ke telinganya.
“Kamu itu bagaimana sih? Pasti dia sangat khawatir Rick,” balas Bu Sofi ikut mengkhawatirkan Intan.
Sementara itu Intan di rumahnya sedang berada di dapur membuat kue bersama Susi. Karena terlalu asyik membuat kue, Intan pun lupa dengan ponselnya yang terus berdering di kamarnya yang berada di lantai atas.
Sekarang giliran Ricko yang khawatir dengan Intan karena dari tadi pagi Intan tidak menjawab teleponnya. Ia menjadi cemas dan takut terjadi apa – apa dengan Intan. Sudah sepuluh kali Ricko menghubungi Intan, tapi tidak ada jawaban sama sekali.
Akhirnya Ricko pun menghubungi Romi. Hanya Romi satu – satunya orang yang bisa diandalkan saat ini. Saat Ricko menelepon, Romi sedang berada di ruang kantor Ricko bersama Sita. Ia menyerahkan berkas pada Sita untuk dibaca dan ditanda tangani. Saat ponsel Romi berdering, Romi pun segera menerima panggilan itu saat melihat nama “Ricko” tertera di layar ponselnya.
“Halo Rick,” sapa Romi dengan semangat karena Romi memang sedang menunggu kabar dari Ricko.
“Cepat pergi ke rumahku! Lihat keadaan Intan,” perintah Ricko.
“Ada apa, kenapa kamu begitu panik?” tanya Romi dengan santai.
“Aku meneleponnya sejak tadi pagi tapi tidak ada jawaban sama sekali. Aku takut terjadi apa – apa sama dia,” jawab Ricko panik.
“Baiklah, aku akan ke rumahmu sekarang,” balas Romi tenang.
“Terima kasih,” ujar Ricko sebelum memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah memasukkan ponselnya ke dalam sakunya, Romi pamit pada Sita untuk pergi ke rumah Ricko, tapi Sita malah memutuskan untuk ikut. Akhirnya Romi pun membiarkan Sita ikut pergi ke rumah Ricko.
Di dalam mobil Sita duduk di kursi penumpang sambil menunduk memainkan ponselnya. Romi memperhatikan Sita dari kaca spion yang ada di depannya, ia pun tersenyum.
Semakin dewasa, anak ini semakin cantik juga, batin Romi.
Karena terlalu asyik dengan ponselnya, Sita tidak tahu bahwa sedari tadi Romi memperhatikannya dari kaca spion.
“Dari mana saja kamu? Dari kemarin kami menunggu,” tanya Pak Bambang pada Ricko.
“Maaf Pa, kemarin pesawatnya mendadak mendarat di Pulau Sumatera karena cuaca buruk, baterai ponselku juga habis. Karena cuaca buruk itu, semua saluran telekomunikasi dan listrik tidak berfungsi,” jawab Ricko menjelaskan pada Pak Bambang setelah duduk di sofa samping Pak Bambang.
“Oh jadi seperti itu, pantas saja papa berkali – kali meneleponmu tapi tidak bisa,” balas Pak Bambang.
“Apa kita kembali sekarang?” tanya Ricko pada kedua orang tuanya.
“Istirahatlah dulu, kamu baru sampai. Bagaimana kabar istrimu, apa kandungannya baik – baik saja?” tanya Bu Sofi dengan antusias.
Ricko pun terkejut, ia baru ingat kalau belum memberi kabar pada Intan dari kemarin. Ia yakin kalau Intan sangat khawatir sekarang. Ia pun segera mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu mencari kontak “Istriku” dan menekan tombol untuk memanggil.
“Ada apa Rick?” tanya Bu Sofi heran karena Ricko tidak menjawab pertanyaannya tapi malah menghubungi seseorang.
“Aku belum menelepon Intan dari kemarin Ma,” jawab Ricko sambil menempelkan ponsel ke telinganya.
“Kamu itu bagaimana sih? Pasti dia sangat khawatir Rick,” balas Bu Sofi ikut mengkhawatirkan Intan.
Sementara itu Intan di rumahnya sedang berada di dapur membuat kue bersama Susi. Karena terlalu asyik membuat kue, Intan pun lupa dengan ponselnya yang terus berdering di kamarnya yang berada di lantai atas.
Sekarang giliran Ricko yang khawatir dengan Intan karena dari tadi pagi Intan tidak menjawab teleponnya. Ia menjadi cemas dan takut terjadi apa – apa dengan Intan. Sudah sepuluh kali Ricko menghubungi Intan, tapi tidak ada jawaban sama sekali.
Akhirnya Ricko pun menghubungi Romi. Hanya Romi satu – satunya orang yang bisa diandalkan saat ini. Saat Ricko menelepon, Romi sedang berada di ruang kantor Ricko bersama Sita. Ia menyerahkan berkas pada Sita untuk dibaca dan ditanda tangani. Saat ponsel Romi berdering, Romi pun segera menerima panggilan itu saat melihat nama “Ricko” tertera di layar ponselnya.
“Halo Rick,” sapa Romi dengan semangat karena Romi memang sedang menunggu kabar dari Ricko.
“Cepat pergi ke rumahku! Lihat keadaan Intan,” perintah Ricko.
“Ada apa, kenapa kamu begitu panik?” tanya Romi dengan santai.
“Aku meneleponnya sejak tadi pagi tapi tidak ada jawaban sama sekali. Aku takut terjadi apa – apa sama dia,” jawab Ricko panik.
“Baiklah, aku akan ke rumahmu sekarang,” balas Romi tenang.
“Terima kasih,” ujar Ricko sebelum memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah memasukkan ponselnya ke dalam sakunya, Romi pamit pada Sita untuk pergi ke rumah Ricko, tapi Sita malah memutuskan untuk ikut. Akhirnya Romi pun membiarkan Sita ikut pergi ke rumah Ricko.
Di dalam mobil Sita duduk di kursi penumpang sambil menunduk memainkan ponselnya. Romi memperhatikan Sita dari kaca spion yang ada di depannya, ia pun tersenyum.
Semakin dewasa, anak ini semakin cantik juga, batin Romi.
Karena terlalu asyik dengan ponselnya, Sita tidak tahu bahwa sedari tadi Romi memperhatikannya dari kaca spion.
You'll Also Like
-
Weird Star Witch
Chapter 826 8 hours ago -
Villains of All Worlds: Starting with the Beautiful Vampire Bride
Chapter 135 10 hours ago -
Infinite entries? I become the Zerg Scourge!
Chapter 81 11 hours ago -
End of the World: The materials consumed by women are returned ten thousand times
Chapter 160 11 hours ago -
I'm in Marvel
Chapter 139 11 hours ago -
Family Rise: Start with Daily Intelligence
Chapter 260 12 hours ago -
Dantian has a little field
Chapter 333 12 hours ago -
Evil Path to Longevity, Start with Moving Blood and Bones
Chapter 572 12 hours ago -
My perfect apocalyptic life
Chapter 325 12 hours ago -
Destiny Villain: I can check the script of my life!
Chapter 662 12 hours ago