Di Paksa Menikah

Chapter 160 BAB 157

Ketika Romi sampai di lobby perusahaan, ia melihat Sita hendak masuk ke dalam lift. Romi pun mengejarnya dan ikut masuk ke dalam lift yang sama  dengan Sita. Sita melihat Romi dengan heran karena tiba-tiba Romi masuk ke dalam lift dengan tergesa-gesa.

“Kak Romi kenapa?” tanya Sita saat pintu lift sudah tertutup.

“Tidak apa-apa. Hanya ingin mengejarmu,” balas Romi sambil ngos-ngosan.

“Kenapa mengejarku?” tanya Sita lagi sambil mengeryitkan dahinya tidak mengerti.

“Tumben kamu ke perusahaan?” tanya Romi setelah mengatur napasnya.

“Oh itu karena Kak Ricko yang minta aku datang ke perusahaan, dia mau libur lagi jagain istrinya yang lagi hamil,” jawab Sita sambil tersenyum.

“Sampai kapan kira-kira? Sampai melahirkan?” tanya Romi dengan heran.

“Enggak tahu juga Kak. Hahaha,” balas Sita lalu tertawa.

Tidak berapa lama pintu lift terbuka. Sita keluar dan berjalan ke arah ruangan kantor Ricko, dan Romi mengikutinya. Sita duduk di kursi Ricko, Romi duduk di kursi depan meja Sita.

“Mmm malam minggu ada acara apa tidak?” tanya Romi dengan ragu-ragu.

“Kenapa Kak?” tanya Sita sambil mengerutkan dahinya.

“Tidak ada apa-apa, hanya saja aku ingin mengajakmu makan di luar,” jawab Romi seraya tersenyum malu-malu.

“Lihat nanti dulu ya Kak,” jawab Sita menggantung.

“Oh ya sudah kalau begitu, aku ke ruanganku dulu,” balas Romi kecewa.

“Tapi … akan aku usahan,” imbuh Sita sambil tersenyum saat Romi sudah di ambang pintu. Romi pun berbalik dan tersenyum pada Sita.

“Aku tunggu kabarnya,” ujar Romi senang. Setelah itu ia keluar dari ruangan Sita dan menutup pintunya.

Sementara itu Ricko di rumahnya masih bersembunyi di bawah selimut. Setelah menelepon Sita habis subuh tadi, ia meminta jatah pada istrinya. Ia merasa gelisah semalaman karena Intan mengabaikan keinginannya. Sehingga ia pun menerkam Intan pagi ini.

“Mas, bangun dong … ini sudah siang loh!” ucap Intan setelah keluar dari dalam kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Ricko tetap meringkuk di balik selimut dan tidak bergerak sama sekali. Intan pun menghampirinya.

“Mas … “ panggil Intan. Tiba-tiba Ricko menarik pinggangnya dan Intan pun jatuh ke dalam pelukan Ricko. Ricko membelai perut Intan yang mulai membuncit dengan lembut.

“Mas Ricko enggak kerja?” tanya Intan sambil memandang wajah Ricko.

“Enggak,” jawab Ricko masih tetap memejamkan mata dan menggesekkan hidungnya pada leher Intan.

“Kenapa? Mas udah dong geli tau. Tadi kan sudah dapat jatah?” balas Intan sambil mendorong wajah Ricko supaya menjauh dari lehernya dan bangkit dari pelukan Ricko.

“Aku mau mengajakmu ke rumah papa. Sudah lama kita belum mengunjunginya,” jawab Ricko lalu bangkit dari tidurnya.

“Okey, ayo cepat bangun dan mandi. Sudah sesiang ini kita belum sarapan loh … “ balas Intan sambil memilih pakaian di dalam almari.

Ricko pun segera bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi setelah mengecup singkat pipi Intan. Setelah berganti pakaian, Intan turun terlebih dahulu karena ia sudah merasa sangat lapar. Di lantai bawah Intan melihat Susi dan Bi Ani sedang sibuk bersih-bersih rumah. Makanan dan minuman sudah tersedia di atas meja makan. Intan pun menyeruput susunya terlebih dahulu sambil menunggu Ricko turun.

Tidak lama kemudian Ricko turun dan sarapan bersama Intan seperti biasanya. Setelah makan bersama, Ricko dan Intan meluncur ke rumah Pak Bambang.

Tap the screen to use advanced tools Tip: You can use left and right keyboard keys to browse between chapters.

You'll Also Like