Di Paksa Menikah
Chapter 184. BAB 181
Setelah bertemu dengan Lia di café tadi, Dina pulang dengan wajah tidak bahagia. Berbeda dengan ekspresi saat dia berangkat tadi. Adit yang sedang mengelap motornya di garasi tentu saja melihat ekspresi kakaknya itu saat Dina memasukkan motornya ke dalam garasi.
“Kenapa cemberut begitu? Gagal ya?” ledek Adit sambil nyengir. Dina melihat Adit sebentar lalu mendengus kesal dan masuk ke dalam rumah. Adit tertawa puas melihat kakaknya yang marah-marah tidak jelas.
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Dina menaruh tasnya di atas meja lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memejamkan matanya. Terlintas kenangan saat pertama kali ia bertemu dengan Ricko di bandara waktu itu. Ricko menerima kopi pemberiannya dan dengan mudahnya memberikan nomor ponsel yang ternyata milik
sekretarisnya. Kini Dina pun merasa malu dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Kemudian Dina bangkit dan mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya. Ia mengirim pesan pada Intan karena ; sudah lama tidak bertemu semenjak ospek waktu itu.
Dina : Hai apa kabar?
Sementara itu Intan di rumahnya sedang rebahan di atas tempat tidur dengan bersandar di dada Ricko dan Ricko membelai perut besarnya. Ricko senang sekali menggoda anaknya yang masih ada di dalam perut Intan. Dengan membelai perut Intan terus-terusan, kedua anaknya akan memberikan respon tendangan. Ricko sangat senang saat anaknya merespon. Ia pun melakukannya berkali-kali.
“Sudah dong, Mas … sakit … “ ucap Intan sambil memegangi perutnya yang ditendang anaknya berkali-kali.
“Sekali lagi, Sayang … “ balas Ricko lalu melanjutkan aksinya menjaili anaknya yang masih ada di dalam kandungan Intan.
Tiba-tiba ponsel Intan berdering menandakan ada pesan masuk. Ketika Intan hendak mengambil ponselnya, Ricko melarangnya.
“Nanti saja. Ini sudah waktunya makan siang. Kita makan siang dulu,” ajak Ricko lalu bangkit dan membantu Intan bangun dari tempat tidur.
Ricko memapah Intan berjalan keluar kamar menuju meja makan. Di sana makan siang sudah terhidang beserta minumannya. Karena sedang libur, Ricko ingin memanjakan Intan seharian. Ketika makan siang, Ricko menyuapi Intan tanpa membiarkan Intan memegang sendok sekalipun. Ricko menyuapi Intan dengan banyak sayuran dan ikan. Ricko juga sudah berpesan pada Bi Ani dan Susi untuk mengurangi garam pada makanan yang mereka masak. Ricko rela makan makanan yang sama dengan Intan, meskipun tidak sedap ia akan tetap memakannya. Ia akan sama merasakan apa yang Intan rasakan.
Setelah makan, Intan kembali ke dalam kamarnya untuk mengecek ponselnya. Ia pun membuka pesan yang masuk tadi dan membacanya yang ternyata dari Dina. Tidak lama kemudian ia membalas pesan itu. Sementara Ricko masuk ke dalam ruang kerjanya untuk mempersiapkan materi meeting besok.
Intan : Alhamdulillah baik, Kak.
Dina yang kebetulan masih memegang ponselnya sambil berselancar di instagram artis Korea, segera membuka pesan dari Intan dan meneleponnya.
“Hallo … “ sapa Intan ketika sudah menerima sambungan telepon dari Dina.
“Hallo juga, lama tidak berjumpa,” balas Dina seraya tersenyum.
“Iya Kak. Terakhir waktu ospek ya?” sahut Intan.
“Iya. Besok ketemu yuk, ngobrol di kantin kampus,” ajak Dina.
“Enggak bisa Kak. Aku sekarang sudah enggak kuliah lagi karena kakiku bengkak. Aku akan cuti sampai setelah melahirkan,” balas Intan dengan sedih.
“Oh begitu. Ya sudah, biar besok aku ke rumah kamu saja kalau begitu,” saran Dina.
“Okey Kak, nanti biar kukirim alamatnya lewat sms ya,” ucap Intan.
“Sip,” balas Dina.
Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Intan mengirimkan alamat rumahnya pada Dina melalui sms.
“Kenapa cemberut begitu? Gagal ya?” ledek Adit sambil nyengir. Dina melihat Adit sebentar lalu mendengus kesal dan masuk ke dalam rumah. Adit tertawa puas melihat kakaknya yang marah-marah tidak jelas.
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Dina menaruh tasnya di atas meja lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memejamkan matanya. Terlintas kenangan saat pertama kali ia bertemu dengan Ricko di bandara waktu itu. Ricko menerima kopi pemberiannya dan dengan mudahnya memberikan nomor ponsel yang ternyata milik
sekretarisnya. Kini Dina pun merasa malu dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Kemudian Dina bangkit dan mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya. Ia mengirim pesan pada Intan karena ; sudah lama tidak bertemu semenjak ospek waktu itu.
Dina : Hai apa kabar?
Sementara itu Intan di rumahnya sedang rebahan di atas tempat tidur dengan bersandar di dada Ricko dan Ricko membelai perut besarnya. Ricko senang sekali menggoda anaknya yang masih ada di dalam perut Intan. Dengan membelai perut Intan terus-terusan, kedua anaknya akan memberikan respon tendangan. Ricko sangat senang saat anaknya merespon. Ia pun melakukannya berkali-kali.
“Sudah dong, Mas … sakit … “ ucap Intan sambil memegangi perutnya yang ditendang anaknya berkali-kali.
“Sekali lagi, Sayang … “ balas Ricko lalu melanjutkan aksinya menjaili anaknya yang masih ada di dalam kandungan Intan.
Tiba-tiba ponsel Intan berdering menandakan ada pesan masuk. Ketika Intan hendak mengambil ponselnya, Ricko melarangnya.
“Nanti saja. Ini sudah waktunya makan siang. Kita makan siang dulu,” ajak Ricko lalu bangkit dan membantu Intan bangun dari tempat tidur.
Ricko memapah Intan berjalan keluar kamar menuju meja makan. Di sana makan siang sudah terhidang beserta minumannya. Karena sedang libur, Ricko ingin memanjakan Intan seharian. Ketika makan siang, Ricko menyuapi Intan tanpa membiarkan Intan memegang sendok sekalipun. Ricko menyuapi Intan dengan banyak sayuran dan ikan. Ricko juga sudah berpesan pada Bi Ani dan Susi untuk mengurangi garam pada makanan yang mereka masak. Ricko rela makan makanan yang sama dengan Intan, meskipun tidak sedap ia akan tetap memakannya. Ia akan sama merasakan apa yang Intan rasakan.
Setelah makan, Intan kembali ke dalam kamarnya untuk mengecek ponselnya. Ia pun membuka pesan yang masuk tadi dan membacanya yang ternyata dari Dina. Tidak lama kemudian ia membalas pesan itu. Sementara Ricko masuk ke dalam ruang kerjanya untuk mempersiapkan materi meeting besok.
Intan : Alhamdulillah baik, Kak.
Dina yang kebetulan masih memegang ponselnya sambil berselancar di instagram artis Korea, segera membuka pesan dari Intan dan meneleponnya.
“Hallo … “ sapa Intan ketika sudah menerima sambungan telepon dari Dina.
“Hallo juga, lama tidak berjumpa,” balas Dina seraya tersenyum.
“Iya Kak. Terakhir waktu ospek ya?” sahut Intan.
“Iya. Besok ketemu yuk, ngobrol di kantin kampus,” ajak Dina.
“Enggak bisa Kak. Aku sekarang sudah enggak kuliah lagi karena kakiku bengkak. Aku akan cuti sampai setelah melahirkan,” balas Intan dengan sedih.
“Oh begitu. Ya sudah, biar besok aku ke rumah kamu saja kalau begitu,” saran Dina.
“Okey Kak, nanti biar kukirim alamatnya lewat sms ya,” ucap Intan.
“Sip,” balas Dina.
Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Intan mengirimkan alamat rumahnya pada Dina melalui sms.
You'll Also Like
-
Weird Star Witch
Chapter 826 9 hours ago -
Villains of All Worlds: Starting with the Beautiful Vampire Bride
Chapter 135 11 hours ago -
Infinite entries? I become the Zerg Scourge!
Chapter 81 11 hours ago -
End of the World: The materials consumed by women are returned ten thousand times
Chapter 160 11 hours ago -
I'm in Marvel
Chapter 139 11 hours ago -
Family Rise: Start with Daily Intelligence
Chapter 260 13 hours ago -
Dantian has a little field
Chapter 333 13 hours ago -
Evil Path to Longevity, Start with Moving Blood and Bones
Chapter 572 13 hours ago -
My perfect apocalyptic life
Chapter 325 13 hours ago -
Destiny Villain: I can check the script of my life!
Chapter 662 13 hours ago